Ahad 03 Aug 2014 15:49 WIB

Mahasiswa UGM Kembangkan Huntara Sisrem Puzzle

Gedung Fakultas Teknik UGM (ilustrasi)
Foto: blog.ugm.ac.id
Gedung Fakultas Teknik UGM (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tim mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada membuat dan mengembangkan hunian sementara atau huntara korban bencana alam dengan menggunakan sistem puzzle, sehingga bisa dibongkar pasang. Tim beranggotakan Erwin Novian Zein, Abdul Halil Mubaraq Mursidi, Agung Wahyu Utomo, dan Lutfi Afipah Oktorin.

"Huntara yang diberi nama Gadjah Mada Bamboo Shelter (Gambooster) itu kalau tidak dipakai lagi bisa dibongkar, kemudian disimpan dan bisa digunakan lagi jika terjadi bencana," kata ketua tim mahasiswa Puji Utomo di Yogyakarta, Ahad (3/8).

Menurut dia, huntara Gambooster dengan sistem puzzle ini pembangunannya bisa lebih cepat dibandingkan dengan huntara biasa. Selain itu juga lebih praktis dan ramah lingkungan. "Pada awalnya kami merasa prihatin dengan kondisi korban bencana alam yang tinggal di pengungsian. Meskipun banyak disediakan huntara oleh pemerintah dan sejumlah pihak, masih terdapat beberapa kelemahan pada pembangunannya," katanya.

Beberapa kelemahan huntara itu di antaranya pembangunannya memakan waktu lama, kurang praktis, dan tidak memiliki konsep keberlanjutan sehingga tidak sedikit huntara yang mangkrak setelah tidak digunakan lagi. "Oleh karena itu, kami mencoba membuat dan mengembangkan produk huntara dengan memadukan 'smart technology' dan 'green technology' untuk menghasilkan huntara yang praktis dan ramah lingkungan," katanya.

Ia mengatakan huntara Gambooster dibuat dengan memanfaatkan material lokal yakni bambu petung. Selain ramah lingkungan, bambu petung juga kuat dan ekonomis. Huntara bermaterial bambu petung itu didesain berbentuk rumah panggung berukuran 4x6 meter persegi dan tinggi 2,5 meter, terdiri atas dua kamar tidur dan satu ruang serbaguna. Bangunan juga didesain tahan terhadap terpaan hujan, angin, dan gempa.

Dalam proses pembuatannya, kata dia, seluruh rangkaian bambu dan komponen lain disambung satu sama lain layaknya menyusun puzzle. Namun, penyambungan antarkomponen dilakukan dengan menggunakan baut dan sekrup. "Semua komponen huntara disambung dengan rangkaian yang sangat rapi, sehingga korban bencana alam diharapkan bisa merasa nyaman untuk tinggal," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement