Kamis 10 Jul 2014 15:12 WIB

Jokowi-JK Kumpulkan Copy Formulir C1

Rep: Andi Mohammad Ikhbal/ Red: Muhammad Hafil
Joko Widodo (Jokowi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasangan calon Jokowi-Jusuf Kalla (JK) tengah berupaya mengamankan perolehan suara pilpres 9 Juli kemarin dengan mengumpulkan copy formulir C1. Dalam waktu 2 hari ke depan, data tersebut diharapkan rampung pada kisaran 95 persen.

Cawapres nomor urut 2, JK mengatakan, sekarang ini timnya tengah menggerakan relawan untuk mengumpulkan bukti hasil pemungutan suara tersebut. Sejauh ini, pihaknya telah memperoleh 65 persen formulir C1 yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan internal.

"Kita sudah kumpulkan data baru terima tadi formulir C1 kira-kira 65 persen. Kira-kira dalam 2 hari ke depan, kami bisa kumpulkan hingga 95 persen," kata JK di kediamannya, Jalan Brawijaya, Jakarta, Kamis (10/7).

Dia menambahkan, perolehan suara sekarang ini sudah menampilkan kalau Jokowi-JK unggul dalam pilpres 2014 ini. Namun, sejauh ini, ia belum berkomunikasi dengan kubu Prabowo-Hatta atas rangkuman data yang mereka terima. Alasannya, keduabelah pihak sama-sama menyatakan menang.

Menurut dia, dalam sejarah pemilu dan pilkada di Indonesia, mereka yang kalah, tidak ada yang bisa langsung menerima keunggulan lawan. Upaya yang dilakukan dalam kontestasi ini, hanya mendzolimi kompetitornya untuk mendapatkan kemenangan.

"Makanya, kami akan berupaya melakukan pengamanan mulai dari PPS, KPS, KPUD. Jangan sampai pengalaman ketika pemilu legislatif waktu itu terulang lagi," ujar dia.

Pagi tadi, JK juga mendapat kunjungan Ketua Umum Hanura, Wiranto di kediamannya. Mereka membicarakan soal upaya pengamanan suara hasil perolehan Pilpres 9 Juli kemarin. Terkait adanya perbedaan hasil quick count antara Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta, dia mengatakan, tengah menyiapkan strategi.

Namun, langkah apa yang akan dilakukan untuk membuktikan keakuratan hitungan cepat lembaga survey mayoritas yang menangkan Jokowi-JK, ia enggan berkomentar. Dia hanya meminta agar publik tidak terpancing dengan pemaparan data survey yang tak valid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement