Selasa 01 Jul 2014 17:07 WIB

Diaspora Deklarasikan Prabowo-Hatta di Rumah John F Kennedy, Amerika

Deklarasi Simpul Kebangsaan di Boston untuk Indonesia Bangkit diselenggarakan di rumah kelahiran Presiden John F Kennedy, 28 Juni 2014

REPUBLIKA.CO.ID,BOSTON -- Deklarasi Simpul Kebangsaan di Boston untuk Indonesia Bangkit diselenggarakan di rumah kelahiran Presiden John F Kennedy, 28 Juni 2014 pagi waktu setempat yang bertepatan dengan hari pertama Ramadhan.

Inisiator deklarasi ini adalah Sidrotun Naim, PhD dan Soleh Udin Al Ayubi, PhD, dua ilmuwan Indonesia berafiliasi ke Harvard University; Adi Onggoboyo,MA; dari University of Massachusetts, Ahmad Syihan dari Northeastern University, serta Diaspora Indonesia yang telah lama hidup dan berkarier di Amerika seperti Basuki Winoto, Fajar Cahyadi, Aris Mulyono, dan Muhamad Djunaedi. Empat puluh deklarator adalah para pelajar, ilmuwan, professional, serta ibu rumah tangga bukan hanya di Boston, tetapi juga perwakilan seluruh Pantai Timur Amerika Serikat. Afiliasi para deklarator termasuk dari Harvard University, Boston University, Northeastern University, University of Massachusetts, Cambridge College, serta PKS-USA dan Gerindra New Hampshire.

Salah seorang Diaspora Indonesia yang juga penggagas deklarasi, Basuki Winoto, mengatakan deklarasi ini bukan sekedar dukungan untuk Prabowo-Hatta, tetapi lebih luas sebagai bentuk kepedulian intelektual terhadap dinamika pemilu presiden 2014. Setiap elemen bangsa, setiap suku, daerah, ras, agama, menyumbang peran merangkai sejarah perjuangan bangsa. Maka klaim paling berjasa bagi negeri ini mencederai cita-cita perjuangan kebangsaan kita yang mulia. Tidak ada ruang bagi klaim paling berjasa, paling baik, paling waras, apalagi paling pantas masuk surga. Pemilu presiden 2014 adalah ajang kompetisi 2 pasang putra terbaik bangsa. “Siapapun pemenangnya, wajib kita dukung, kita bela, kita ingatkan bila salah. Pesta demokrasi harus kita pastikan memperkuat persatuan, menjadi satu Simpul Kebangsaan,” kata Basuki dalam rilis yang diterima Republika, Selasa (1/7).      

 

Berbeda dengan sebelum-sebelumnya, deklarasi dilakukan serempak lewat teleconference dengan perwakilan mahasiswa dan ilmuwan Indonesia di Kyushu University, Jepang; Monash University di Australia, dan TU-Delft, Belanda yang merepresentasikan generasi muda Indonesia yang berdaya saing tinggi dan berkemampuan unggul di bidang masing-masing. Ide untuk melakukan teleconference dari lima negara (pertama kali dicetuskan oleh Susanto Very di Kyushu yang menghubungi Sidrotun Naim dan simpul di Belanda dan Australia).

Yang mengejutkan, Hatta Rajasa menawarkan untuk menerima dukungan ini dalam bentuk teleconference dari lima negara. Penyusunan teks (kolaborasi Boston, Perth, dan Melbourne), dan persiapan teknis rekaman secara langsung (oleh Basuki Winoto dan Adi Onggoboyo), semuanya terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam. Teknologi-lah yang meniscayakan.

 

Rangkaian acara terdiri dari Orasi, Deklarasi Simpul Kebangsaan, menyanyikan Bagimu Negeri, dan Doa, dilanjutkan dengan tanggapan dari cawapres Hatta Rajasa. “Adalah kehormatan bagi kami, jika rekan-rekan dari berbagai belahan penjuru bumi bermaksud mengadopsi apa yang telah kami mulai,” ujar Basuki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement