Jumat 20 Jun 2014 19:05 WIB

Kesenjangan Desa dan Kota Jadi Fokus Perhatian Prabowo

Rep: c30/ Red: Muhammad Hafil
Some of NU's members' support for Prabowo-Hatta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketimpangan ekonomi yang terjadi di desa dan kota menjadikan kesenjangan semakin menganga. Perbedaan antara yang kaya dan miskin menjadi semakin jauh di Indonesia. Jika tidak segera diatasi, kondisi ini dinilai berbahaya.

Calon presiden nomor urut satu Prabowo Subianto mengatakan, banyak tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia ke depan. Salah satunya adalah ketidakseimbangan struktural perekonomian antara di desa dan di kota. Hal inilah yang menjadi masalah sehingga kesenjangan itu terjadi.

Prabowo menjelaskan, 60 persen peredaran uang di seluruh Indonesia berada di Jakarta. Sedangkan 30 persen berada di kota yang lain. Sementara 10 persen saja yang beredar di pedesaan. "Padahal, rakyat kita 50 persen ada di desa," katanya dalam pemaparan 'Visi Misi Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Prabowo-Hatta di Hotel Ritz Carlton Pacific Place Jakarta, Jumat (20/6).

Prabowo bercerita, pernah ke suatu desa ada seorang kepala desa yang mengadu kepadanya. Di desa tersebut ada 20 pemuda usia 18-25 tahun yang menganggur dan meminta untuk dicarikan pekerjaan. Ada juga pemuda berusia 18 tahun di satu keluarga yang sehari-harinya membantu keluarganya untuk mencari rumput buat pakan ternaknya.

Menurutnya, banyak fenomena serupa di Indonesia seperti itu. Jika ada 80 ribu desa dengan 20 pemuda yang menganggur, kata dia, berarti ada sekitar 1,6 juta pengangguran yang masih berusia produktif. Hal ini tentu harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah.

Untuk itu, kata dia, diperlukan strategi ekonomi yang tepat untuk mengatasinya. Pemerintah harus menyiapkan infrastrukturnya dengan baik. Seperti dokter hewannya, bagaimana kaleng susu, siapa yang beli dan seterusnya. "Kita harus punya pemikiran yang tepat dan benar, supaya ketidakseimbangan ini tidak terjadi," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Prabowo menyebut banyaknya tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Selain ketimpangan perekonomian esa dan kota, menipisnya sumber daya energi, ledakan penduduk Indonesia dan sistem pemerintahan yang tidak efisien juga menjadi tantangan ke depan.

Untuk menghadapinya, kata dia, diperlukan kerja keras dan percepatan pertumbuhan ekonomi di sektor yang memiliki keunggulan ekonomi. Ia mencontohkan satu hal terkait perekonomian berbasis pertanian. Prabowo juga menyebutkan sejumlah program yang terkait hal tersebut. Salah satunya adalah dengan mengubah 77 juta hektar hutan yang rusak menjadi hutan dan lahan produktif untuk pangan dan energi.

Di bidang energi, Prabowo menyebut bahwa permasalahan energi juga merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia. Menurutnya harus ada penemuan baru untuk meningkatan produksi energi. Jika tidak, kata dia, maka impor akan terus dilakukan dan itu tidak baik. "Siapa pun pemimpinnya harus berpikir bagaimana menghadapi ini," katanya.

Dia menambahkan, masalah ledakan penduduk juga menjadi salah satu tantangan. Di Indonesia, kata dia, setiap tahun terdapat 5 juta manusia baru terlahir. Manusia baru tersebut perlu diberikan sandang, papan, pangan, pendidikan, dan fasilitas kesehatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement