Senin 05 May 2014 19:44 WIB

Elektabilitas Menurun, Ini Analisa Jokowi

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: A.Syalaby Ichsan
Calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo menyadari, elektabilitasnya makin menurun. Padahal, waktu pemilihan presiden makin dekat.

Pria yang akrab disapa Jokowi itu menilai, elektabilitasnya menurun karena ia tidak memiliki banyak waktu untuk menjaring massa secara optimal. Sebab, seperti diketahui, Jokowi masih menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Artinya, dia masih memiliki kewajiban bekerja dari Senin sampai Jumat. Barulah di akhir pekan dia baru bisa optimal mengurus persiapan pencapresannya.

Jokowi memprediksi, apabila ia sudah berstatus gubernur non aktif, elektabilitasnya akan meroket kembali. Sebab, jika berstatus gubernur non aktif, Jokowi bisa lebih fokus menaikkan elektabilitasnya.

"Nanti kalau sudah non aktif mungkin akan kelihatan," kata Jokowi.

Seperti diketahui, hasil survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) mengungkap elektabilitas Joko Widodo menurun. Elektabilitas Jokowi bahkan diprediksi bisa semakin buruk bila tak memilih calon wakil presiden yang tepat. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD serta mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dianggap menjadi penawar.

SMRC memaparkan Mahfud mampu menaikkan elektabilitas Jokowi pada angka 47,6 persen. Adapun Jusuf Kalla 46, 1 persen. Bila Jokowi memillih salah satu dari kedua tokoh itu, Prabowo hanya akan mendapatkan modal elektabilitas pada kisaran 27-28 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement