Jumat 11 Apr 2014 21:57 WIB

Iklan Mega-Puan Jadi Kambing Hitam

Rep: Muhammad Akbar Wijaya/ Red: Muhammad Fakhruddin
Megawati Soekarnoputri saat membacakan pemberian mandat pencapresan Joko Widodo
Foto: twitter
Megawati Soekarnoputri saat membacakan pemberian mandat pencapresan Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Iklan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) wati Soekarnoputri dan Ketua Tim Pemenangan PDI Perjuangan Puan Maharani menjadi kambing hitam meredupnya efek Joko Widodo (Jokowi). PDI Perjuangan dinilai kalah dalam pemberitaan sosok Jokowi di media pada Pemilu Legislatif  (Pileg) 2014. 

 

“Kami kalah di media maka kemudian Jokowi effect menjadi tidak terlihat dan tidak tampak. Tapi, kalau kita punya porsi yang sama di sana, luar biasa,” kata Gùbernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Semarang, kemarin.

 

Ganjar mengungkapkan, Jokowi effect sebenarnya luar biasa dan berpengaruh untuk perolehan suara bagi PDI Perjuangan, sedangkan yang tidak luar bias, yakni tidak bisa atau sulit masuk ke banyak media. “Kami kemarin sulit masuk ke televisi, bahkan saya baca di koran, ngiklan di website saja itu tidak boleh sama pemiliknya,” ujarnya.

 

Direktur Ekskutif Political Communication (Polcomm) Institute, Heri Budianto, menilai bahwa kegagalan Jokowi effect lantaran kekeliruan strategi komunikasi politik yang dilakukan PDI Perjuangan. Iklan-iklan yang dilakukan PDI Perjuangan misalnya, lebih menonjolkan sosok Puan Maharani ketimbang menyosialisasikan Jokowi sebagai calon presiden (capres). “Lihat saja iklan-iklan PDI Perjuangan, justru bukan figur Jokowi yang dijual,” katanya.

 

Heri menilai PDI Perjuangan gagal memanfaatkan figur Jokowi sebagai magnet elektoral. Mestinya, Jokowi dijadikan jualan utama dalam iklan politik PDI Perjuangan. “Ini kegagalan komunikasi politik PDIP yang tak pandai merespons harapan publik,” ujarnya.

 

Wakil Sekretaris Jendral Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan Achmad Basarah mengaku tidak terkejut dengan kurang optimalnya Jokowi effectdalam mendongkrak suara partai. Ini karena DPP PDI Perjuangan tidak mengandalkan faktor Jokowi dalam meraih target suara partai 27,02 persen. “Kami tidak heran kalau Jokowi effect dibilang tidak ada. Karena, memang tidak ada,” katanya.

 

Sejak awal PDI Perjuangan tidak pernah percaya dengan fenomena Jokowi effect. Basarah menyatakan Jokowi effect lebih sering didengungkan oleh para pengamat politik, lembaga survei, dan media massa. 

 

Menurut Basarah, PDI Perjuangan adalah partai ideologis yang mengandalkan kinerja partai dalam mengejar target suara. “Kalau hasilnya seperti ini, itu hasil kinerja partai,” ujarnya.

 

Basarah membantah terjadi friksi di internal partainya lantaran target meraih suara 27,02 persen gagal tercapai. Menurutnya, PDI Perjuangan cukup bersyukur dengan perkiraan hasil quick count saat ini. “Bukan saat yang tepat mencari kambing hitam. Sebagai pemenang pemilu kita bersyukur dengan hasil quick count,” katanya.

Sementara itu, Ketua DPP PDI Perjuangan Maruarar Sirait masih optimistis partainya bisa mengusung Jokowi sebagai capres secara mandiri. PDI Perjuangan, kata Maruarar, masih percaya bisa menjadi penentu koalisi di Pemilu Presiden  2014. 

 

Ia yakin keberhasilan partai tersebut menjadi pemenang pemilu dan elektabilitas Jokowi yang tinggi tidak akan mengurangi daya tawar politik PDI Perjuangan. “Dengan kerendahan hati saya rasa posisi PDIP masih cukup tinggi dalam koalisi,” ujar Maruarar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement