Senin 03 Sep 2018 07:18 WIB

Peran Besar Orang Kecil Sukseskan Asian Games

Mereka bekerja dalam diam. Mereka pun bekerja di tengah umpatan

Petugas kebersihan Asian Games 2018, Aep Saefullah
Foto: Abdullah Sammy/Republika
Petugas kebersihan Asian Games 2018, Aep Saefullah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Abdullah Sammy dan Anggoro Pramudya

Aep Saefullah harus berjalan sekitar lima kilometer setiap hari untuk mengitari kawasan kompleks olahraga Gelora Bung Karno (GBK), Senayan. Kulit wajah Aep tampak sedikit kehitaman karena terbakar terik matahari Ibu Kota. 

Tapi wajah yang terbakar itu tak sedikitpun menampakkan raut kelelahan. Aep tetap ceria ketika berbincang dengan Republika Online pada Kamis (30/8) siang. Tugas Aep tak ringan. Setiap hari dia dan 300-an rekannya harus memunguti setiap sampah yang tersisa dari gemerlap Asian Games 2018. 

Puluhan ribu penonton Asian Games nyatanya meninggalkan sampah yang jumlahnya tidak sedikit. "Setiap hari ada lebih dari satu ton sampah yang dikumpulkan di tempat penampungan sampah GBK," kata Aep, sang relawan kebersihan Asian Games 2018. 

Di saat penonton Asian Games 2018 sedang terlelap di rumahnya, Aep sudah bekerja. Begitu penonton larut pada tensi pertandingan, saat itu pun Aep masih 'bergerilya'. Tatkala lampu stadion padam dan penonton pulang, saat itu juga Aep dan ratusan rekannya masih memeras keringat. 

Sejak pagi buta hingga malam tiba, Aep dan rekan-rekan sudah menyisir sampah di kawasan olahraga seluas 136,84 hektare itu. Hanya dengan modal topi, sarung tangan, dan sebuah plastik sampah, Aep bekerja di dalam sunyi.

"Total kami terbagi dalam tiga kelompok besar dari Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi DKI Jakarta," kata Aep menjelaskan. 

Aep mengaku, bisa berkontribusi pada gelaran Asian Games 2018 sudah merupakan sebuah kehormatan besar. Bentuk kontribusi Aep adalah 1 ton sampah yang dia dan rekannya mampu bersihkan setiap hari. "Kehormatan besar bagi saya bisa terlibat dalam ajang sekelas Asian Games," ujar Aep. 

Ada suka dan duka yang dirasakannya sepanjang bekerja membersihkan arena Asian Games. Tapi bagi Aep, rasa duka tak bertahan lama. Sebaliknya, suka cita bekerja sebagai relawan kebersihan Asian Games akan dia kenang sepanjang masa. 

Aep sadar tak semua orang Indonesia punya kesempatan dilayani saat hajatan Asian Games. Aep sadar, dari 265 juta masyarakat Indonesia, ada segelintir kecil orang yang punya kewajiban untuk melayani hajatan itu. Aep adalah satu dari bagian besar penyelenggara Asian Games yang punya tugas melayani penonton maupun peserta dari berbagai negara. 

Selain Aep ada pula wanita muda bernama Linggar Dwi Kartika. Sama dengan Aep, Dwi bertugas melayani masyarakat sepanjang 15 hari pelaksanaan Asian Games.

Tapi yang membedakannya adalah Aep bekerja nyaris tanpa suara dan sorotan. Sebaliknya, Dwi bekerja di tengah sorotan bahkan teriakan. Dwi kerap menjadi sasaran umpatan masyarakat yang kecewa akibat gagal mendapatkan tiket. 

photo
Masyarakat yang sedang mengantre di loket antrean tiket Kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (22/8).

Dwi adalah salah satu penjaga loket tiket venue cabang atletik. Dia mengisahkan, banyak dari penonton yang melepas kekecewaan gagal mendapatkan tiket kepadanya. 

Beberapa penonton yang tiba di loket yang dijaga Dwi terpaksa pulang dengan tangan hampa. Akibatnya Dwi-lah yang jadi sasaran pelampiasan. Dia dianggap tidak becus bekerja. Padahal persoalannya sederhana, yakni jumlah tiket tak sebanding dengan besarnya antusiasme warga.    

"Di sini banyak yang kecewa karena kehabisan tiket, apalagi pendukung dari negara masing-masing yang sedang tanding. Khususnya Indonesia sih. Pernah beberapa kali saya dimarah-marahin karena tiket habis," ungkap wanita yang biasa disapa Dwi.

Tapi Dwi sadar hal itu sudah menjadi konsekuensi selama dirinya ditugaskan sebagai relawan penjaga tiket Asian Games 2018. Meski pun berpeluh keringat dan diumpat, Dwi tetap tersenyum melayani para penonton.

Walau kerap jadi sasaran kemarahan, tapi hal itu tak menjadi soal bagi Dwi. Baginya rasa bangganya bisa jadi saksi hidup yang membantu jalannya gelaran olahraga terbesar di Asia sudah mampu menghapus segala duka.

"Ya walau pun sering dapet keluhan tapi saya bangga bisa ikut membantu acara ini. Ajang internasional dan belum tentu bakal sering mampir ke Indonesia kan, jadi kapan lagi untuk turut andil. Bisa jadi sejarah buat saya pribadi," sambung dia sambil membenarkan poni rambutnya yang menutupi mata sebelah kiri.

Rasa bangga pun hinggap di hati Bagas Setiojati. Bagas juga bertugas menjaga loket tiket pertandingan Asian Games. Selama 15 hari penyelenggaraan, Bagas mengaku hanya bisa mendengar hiruk pikuk teriakan penonton dari luar arena. 

Di hati kecil Bagas, ada pula keinginan untuk bisa ikut menonton dan larut dalam atmosfer Asian Games 2018. Tapi Bagas menyadari itu bukan haknya.

Sebaliknya, kewajiban Bagas menjaga loket membuatnya hanya bisa mencicipi sisa keseruan Asian Games lewat suara yang menyelinap ke luar arena.  

"Sedikit penasaran-lah, gimana sih pertandingan di dalam kok banyak banget masyarakat yang dateng. Dugaan saya pasti seru pengen aja ikut euforia di dalam arena, apalagi bulu tangkis," ucap Bagas.

Aep, Dwi, dan Bagas adalah tiga orang dari 13 ribu relawan yang terlibat dalam Asian Games 2018. Merekalah yang menjadi bagian penting di balik kesuksesan Asian Games 2018.

Lewat tangan Aep, keasrian Kompleks GBK dipuji Asia maupun dunia. Sedangkan lewat kesabaran dan perhatian Dwi dan Bagas, ribuan penonton akhirnya bisa larut dalam atmosfer pertandingan. Atmosfer itu yang kemudian mengundang pujian seluruh kontingen negara Asia. 

Tak hanya kontigen, pujian meluncur langsung dari Presiden Dewan Olimpiade Dunia (IOC), Thomas Bach. "Kesuksesan Asian Games 2018 adalah orang-orang Indonesia itu sendiri. Indonesia telah menunjukkan kombinasi hebat dari keramahan dan efisiensi pada saat yang bersamaan," ujar Bach.

Dunia pun kini memuji kesuksesan Indonesia menggelar Asian Games 2018. Di balik kesuksesan itu, ada peran besar dari 'orang-orang kecil'. Peran petugas pemungut sampah macam Aep atau penjaga tiket seperti Dwi dan Bagas.   

"Terima kasih saya ucapkan kepada volunteer, petugas kebersihan, keamanan, maupun seluruh panitia yang terlibat pada Asian Games 2018. Anda semua sudah berjuang dengan tetesan keringat, tenaga, bahkan air mata," ujar ketua panita Asian Games 2018, Erick Thohir. 

Erick menilai, kontribusi para relawan seperti Aep, Dwi, maupun Bagas tak ternilai harganya. Mereka-lah pahlawan di balik kesuksesan bersejarah Indonesia menggelar Asian Games. "Kata-kata ini tidak mungkin cukup untuk menggambarkan segala perjuangan Anda untuk bangsa dan negara. 

Tapi tinta emas sejarah akan mencatat Anda sebagai bagian perjalanan bangsa Indonesia yang mampu menjadi tuan rumah Asian Games 2018 secara gemilang," ungkap Erick.

photo
Pandangan tokoh olahraga dunia tentang Asian Games 2018

  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement