Sabtu 01 Sep 2018 19:28 WIB

Jalan Terjal Silat Menuju Olimpiade

Indonesia mendominasi perolehan medali emas dalam cabor silat di Asian Games.

Rep: Fitriyanto/ Red: Nur Aini
Pesilat Indonesia Pramuditya Yuristya, Lutfi Nurhasanah dan Gina Tri Lestari membentangkan bendera merah putih usai pertandingan cabang olahraga silat Asian Games 2018 kategori regu putri di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta, Rabu (29/8).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pesilat Indonesia Pramuditya Yuristya, Lutfi Nurhasanah dan Gina Tri Lestari membentangkan bendera merah putih usai pertandingan cabang olahraga silat Asian Games 2018 kategori regu putri di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta, Rabu (29/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Keberhasilan Cabang Olahraga Silat meraih 14 medali emas pada Asian Games 2018 secara signifikan mampu mendongkrak peringkat Indonesia pada daftar klasemen. Tuan rumah kini mantap di peringkat empat dengan raihan 31 emas, 24 perak dan 34 perunggu.

Hasil ini tentu memunculkan harapan agar beladiri asli Indonesia itu bisa dipertandingkan di level yang lebih tinggi lagi. Level tertinggi yang paling dekat tentu saja Olimpiade 2020 Tokyo. Namun, bisa dipastikan silat tidak akan dimainkan di sana, bahkan walaupun hanya sekadar cabang olahraga eksibisi.

Erick Thohir yang juga ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) menyatakan silat tidak akan dimainkan di olimpiade 2020 bahkan juga tidak akan di partai eksibisi.

“Butuh jalan panjang untuk membawa silat ke level yang lebih tinggi lagi. Semua harus bekerja keras dan butuh waktu yang panjang mengantarkan silat ke ajang Olimpiade. Tidak cukup dengan sepuluh negara bagi silat agar bisa dimainkan di pentas multievent terbesar di dunia," ujarnya kepada media, Sabtu (1/9) di Main Press Centre Asian Games, Jakarta.

Erick menambahkan, silat harus lebih mendunia lagi seperti halnya cabang olahraga beladiri lainnya. “Agar bisa seperti karate yang baru pertama akan dimainkan di Olimpiade 2020 Tokyo, silat harus banyak menggelar pertandingan internasioal. Harus banyak negara yang mendukung silat dimainkan di Olimpiade”.

Tahapannya, menurut Erick, selain menggelar ajang internasional single event, silat juga harus terlebih dahulu menjadi cabang olahraga eksibisi di Olimpiade. “Kalau kita terpilih menjadi tuan rumah Asian Games 2032 langkah silat mentas di Olimpiade akan lebih mudah”.

“Kita masih memiliki waktu yang cukup untuk bersama-sama berjuang agar Silat nantinya bisa dimainkan,” ujarnya.

Sementara mengomentari dominasi silat tuan rumah di Asian Games 2018, Erick Thohir menyatakan dalam olahraga adalah sesuatu yang wajar jika ada sebuah negara yang terlalu mendominasi cabor tertentu.

“Banyak juga cabang olahraga tertentu dikuasai oleh negara tertentu. Itu hal yang wajar saja, saya tidak enak menyebutkan cabor apa dan didominasi oleh negara mana. Namun kita bisa lihat dari perolehan medali mereka yang mendominasi di cabor tertentu,” ujarnya.

Sebelumnya beberapa negara seperti Iran dan Malaysia merasa tidak puas dengan hasil silat yang terlalu didominasi tuan rumah. “Wasit maupun juri semua dipilih oleh federasi internasionalnya. Kita juga sudah menyiapkan tiga buah layar televisi di venue silat di mana kita ingin semua berlangsung dengan fair. Kita ingin menang dengan cara yang baik bukan dengan curang,” kata Erick Thohir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement