Jumat 31 Aug 2018 13:41 WIB

Guru Besar UMS Kenalkan Model Pembinaan Lesson Study

Lesson study sudah lebih dulu dilakukan di Jepang.

Rep: Binti sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
 Seorang guru mengajar di depan siswanya yang duduk di lantai akibat tidak memiliki meja dan kursi di SMU Negeri Nunukan Selatan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Senin (5/1). (Antara/M Rusman)
Seorang guru mengajar di depan siswanya yang duduk di lantai akibat tidak memiliki meja dan kursi di SMU Negeri Nunukan Selatan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Senin (5/1). (Antara/M Rusman)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Guru Besar Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Tjipto Subadi mengenalkan model pembinaan guru berbasis Lesson Study. Model tersebut merupakan modifikasi dari Lesson Study yang telah diterapkan di Jepang. 

Tjipto Subandi akan dikukuhkan sebagai Guru Besar ke-23 UMS Bidang Ilmu Pendidikan Ilmu Sosial pada Sidang Senat Terbuka UMS, Sabtu (1/9). Dalam pengukuhan tersebut, Tjipto akan membawakan pidato berjudul Model Pembinaan Guru Ilmu Sosial Berbasis Lesson Study Menuju Pendidik Profesional. 

Tjipto menjelaskan, model pembinaan berbasis lesson study belum pernah diterapkan di Indonesia. Tjipto melihat lesson study diakui dunia dan berhasil sebagai model pembinaan guru di Jepang. Hal itu terlihat dari prestasi bidang matematika dan MIPA dibandingkan negara lain didominasi oleh Jepang. 

"Karena diakui dan memang faktanya berhasil makanya kami mencoba membina teman-teman guru dari 2009 sampai 2018 menggunakan lesson study," kata Tjipto, Kamis (30/8).  

Tjipto memaparkan, di Jepang lesson study memiliki tiga tahap. Ketiganya yakni, plan, do dan see. Artinya, perencanaan, implementasi atau pembelajaran dan observasi, serta refleksi terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. 

"Saya tidak mau menjiplak persis di Jepang. Karena persoalan guru di Jepang beda dengan di Indonesia. Maka kemudian modifikasinya sebelum ada plan saya menambahkan kajian akademik," ujar dia.  

Lesson study merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan, berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas yang saling membantu dalam belajar untuk membangun komunitas belajar.  

Penelitian Tjipto pada 2009 mengenai peningkatan kualitas guru melalui lesson study menunjukkan hasil, tingkat kesulitan guru bervariasi dalam pengembangan model berbasis lesson study untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Sebanyak 17,28 persen responden mengatakan sangat banyak mengalami kesulitan, kemudian 30,88 persen cukup banyak mengalami kesulitan, 33,99 persen sedikit mengalami kesulitan dan 17,85 persen merasa sangat mudah.  

Berdasarkan penelitian Tjipto yang melakukan pelatihan guru dengan lesson study sejak 2009 sampai 2017, ternyata terdapat beberapa kontribusi yang dihasilkan. Pertama, kontribusi peningkatan persiapan pembelajaran, persiapannya menjadi lebih fungsional. Kedua, kontribusi menunjukkan kerja kolaborasi.  

"Selama ini, ada pola pikir (mindset) guru kerja sendiri tidak ada sharing. Tapi hasil lesson study ini membudayakan guru kerja kolaborasi," kata dia. 

Kontribusi ketiga, pengembangan strategi pembelajaran. Kemudian kontribusi kolegalitas, kontribusi kesiapan belajar siswa, dan kontribusi perbaikan proses pembelajaran berdasarkan hasil refleksi. Selain itu, kontribusi pengembangan media pembelajaran, dan kontribusi pengembangan perangkat penilaian. 

Dari hasil penelitiannya, Tjipto memberikan saran agar lesson study dijadikan alternatif sebagai model pembinaan guru profesional. Pembinaan pendidik secara profesional dengan pendekatan lesson study diharapkan dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan.

"Idealnya kalau ingin rutin harus direspons oleh pemerintah, kepala sekolah, ada kebijakan bagi beberapa guru dan ada yang mempraktikkan pembelajaran. Selama belum menjadi program pemerintah ya tidak bisa berjalan dengan baik," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement