Rabu 22 Aug 2018 17:38 WIB

Hadapi UEA, Milla Terapkan Strategi Bermain Cepat

Milla tak ingin provokasi para pemain lawan membuat kerugian bagi tim.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Endro Yuwanto
Pelatih timnas U-23 Indonesia Luis Milla mengawasi para pemain saat mengikuti latihan di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (26/4).
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Pelatih timnas U-23 Indonesia Luis Milla mengawasi para pemain saat mengikuti latihan di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (26/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih timnas U-23 Indonesia Luis Milla Aspas meminta para pemainnya tak cuma mengandalkan permainan antarsayap yang selama ini menjadi terapan saat laga. Asisten pelatih Bima Sakti Tukiman mengatakan, Milla akan kembali bereksperimen menerapkan strategi bermain tengah dengan umpan-umpan cepat yang pendek untuk menghadapi Uni Umirat Arab (UEA) pada laga babak 16 besar Asian Games 2018, Jumat (24/8).

Laga Indonesia versus UEA akan mengambil tempat di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Bima mengungkapkan, Milla pernah menerapkan permainan cepat dengan umpan-umpan pendek saat menang 3-1 menghadapi Hong Kong dalam laga terakhir penyisihan Grup A, Senin (20/8). Kata Bima, strategi tersebut terbukti berhasil.

“Hong Kong dan UEA punya kesamaan. Mereka punya pemain yang tinggi-tinggi dan bermain dengan umpan panjang. Jadi, strateginya nanti kemungkinan sama. Bermain di tengah dan mengandalkan umpat-umpan pendek,” kata Bima seusai latihan timnas di Lapangan ABC GBK, Jakarta, Rabu (22/8).

Bima menjelaskan, sesi latihan menjelang laga kontra UEA demi mempertajam gaya bermain tengah yang cepat para penggawa Garuda. Saat latihan, Milla membagi para pemainnya menjadi tiga kelompok. Tiga penjaga gawang melakukan sesi latihan tersendiri awalnya. Sedangkan, para pemain lainnya dibagi menjadi dua kelompok lagi. Tim pertama, para penggawa utama yang turun lapangan saat melawan Hong Kong, menjalani latihan ringan untuk pemulihan kondisi fisik. “Tadi mereka cuma latihan-latihan fisik yang ringan,” kata Bima.

Di kelompok ini, tampak sederetan starting XI Indonesia saat menghadapi Hong Kong. Lima di antaranya, para penggawa yang sepanjang penyisihan bermain penuh 90 menit. Yakni, kiper Andritany Ardhiyasa, Hansamu Yama Pranata, Ricky Fajrin, Zulfiandi, dan Stefano Lilipaly.  

Sedangkan di kelompok lainnya, para penggawa yang bermain sebagai pengganti yang turun di atas menit ke-80 saat kontra Hong Kong. Di kelompok ini, Milla mencoba melakukan latihan taktik dan strategi bermain umpan-umpan cepat dalam gim-gim kecil. Latihan dilakukan selama dua jam dari pagi menjelang siang. Menengok sesi latihan kali ini, memang tak seperti biasanya.

Milla dan para asisten bersama pemain justru sesekali tampak bergurau dan bercanda dengan kejar-mengejar dan berebut bola. Kata Bima, sesi latihan kali ini memang juga meminta para pemain untuk santai dan rileks. “Kami tadi mengambil momen untuk bisa ngobrol. Milla menyampaikan, banyak motivasi dan nasihat agar pemain harus tetap fresh dan menjaga waktu istirahat dan mengatur makanan yang baik,” ujarnya.

Satu pesan Milla yang tegas, kata Bima, yakni soal psikologis para pemainnya. Bima mengungkapkan, para penggawa Garuda diminta bisa lebih dewasa dalam mengontrol emosi saat di lapangan.

Milla tak ingin provokasi para pemain lawan membuat kerugian bagi tim. Soal emosional dan temperamental para penggawa Garuda ini memang menjadi pekerjaan rumah di internal tim kepelatihan.

Dalam beberapa laga penyisihan Grup A, para penggawa Garuda memang tampak terpancing emosinya. Seperti saat kandas 1-2 dari Palestina. Beberapa pemain terpancing emosinya karena gaya bermain Palestina yang sering mengulur-ulur waktu di saat unggul. Saat menang 3-1 dari Hong Kong, para penggawa Garuda pun terpancing emosi ketika beberapa pemain lawan mencoba memprovokasi wasit agar memberikan kartu untuk pemain Indonesia.

Saat laga kontra Hong Kong, provokasi dari lawan membuat Indonesia menerima empat kartu kuning. Menurut Bima, emosional pemain memang wajar. Akan tetapi, pemain sebaiknya lebih mampu meredam. “Coach Milla sangat mengetahui karakter bermain tim-tim dari kawasan Timur Tengah. Mereka memang suka seperti itu (mengulur-ulur) waktu kalau unggul. Tapi, kami harus tetap menjaga spirit dan tidak perlu emosional,” kata dia menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement