Sabtu 11 Aug 2018 22:07 WIB

Mahasiswa Dituntut Adopsi Kecepatan Digitalisasi dan IT

Juga penguasaan big data dan internet

Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia, Prof Dr Asep Saefuddin pada saat sebelum mewisuda 287 mahasisw UAI di BPPT Jakarta, Sabtu (10/2).
Foto: Farah Noersativa/REPUBLIKA
Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia, Prof Dr Asep Saefuddin pada saat sebelum mewisuda 287 mahasisw UAI di BPPT Jakarta, Sabtu (10/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Revolusi Industri 4.0 membuat keadaan semakin rapuh, tidak pasti, rumit dan rancu, atau yang juga dikenal dengan sebutan VUCA. Mahasiswa sebagai agen perubahan harus dapat beradaptasi cepat, dengan terus mengadopsi kecepatan digitalisasi, it, penguasaan big data dan internet.

Hal itu disampaikan Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia, Prof. Dr. Asep Saefuddin, M.Sc, dalam wisuda ke-19 tahun akademik 2017-2018 di Gedung BPPT, Jakarta, Sabtu (11/8) siang.

"Mind set juga harus berubah. Pola-pola lama yang birokratis dan linier yang tidak saling terhubung, harus diganti dengan pendekatan baru," ujar Asep.

Mahasiswa harus berpikir dengan konsep Samudra Biru (Blue Ocean), strategi yang menantang perusahaan untuk keluar dari samudra merah persaingan berdarah (red ocean). Dengan cara menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya, sehingga kata kompetisi menjadi tidak relevan.

"Pada revolusi industri 4.0 ini, kekuatan dan kecepatan digitalisasi semakin luar biasa kuat dan cepat. Mereka yang kreatif dan fleksibel bisa tetap bertahan bekerja walaupun jenis pekerjaannya berubah," ujar Asep.

Mahasiswa saat menjadi lulusan, harus memiliki pola pikir yang berbasis bukan lagi pada produk, tetapi pada platform.

 

UAI sendiri menjawab keadaan VUCA di revolusi industri 4.0 dengan membuat model Tri Dharma perguruan tinggi masa kini. Yakni mulai memanfaatkan IT untuk pendidikan dalam bentuk hybrid atau blended learning. Topik-topik riset yang memanfaatkan kecanggihan digital, IT, big data, dan kekuatan sumber daya alam lokal.

Juga reorientasi kurikulum dengan memanfaatkan IT, literasi baru dalam coding, big data, soft skill, humanitas, dan entrepreneurship.

"Media pembelajaran lebih bersifat diskusi membahas studi kasus. Dosen dituntut juga menjadi inspirator, motivator, dan fasilitator bagi para mahasiswa," ujarnya.

UAI dikatakannya akan terus membangun ekosistem pendidikan tidak saja mengajar what to learn, tetapi justru how to learn dengan pendekatan-pendekatan kreatif. Sehingga mahasiswa terus menerus dapat berinovasi dalam mengisi relung-relung kehidupan dalam platform peradaban kemanusiaan yang lebih bermakna.

"Mereka akan mampu menditeksi sinyal lemah (weak signal) dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi. Sehingga mereka akan menjadi penggerak dalam perubahan zaman, bukan tergusur oleh the great shifting," kata Asep.

Dalam wisuda ke-19 tahun akademik 2017-2018 ini, UAI melakukan wisuda terhadap 185 mahasiswa dari berbagai program studi dan program Magister Ilmu Hukum.

Turut hadir hadir Duta Besar Saudi Arabia untuk Indonesia HE Osamh Mohammed Abdullah Shuibi  serta Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., selaku Dewan Pengawas YPI AL Azhar. Dalam kesempatan itu, tiga wisudawan terbaik UAI mendapat hadiah haji dari Kedutaan Besar Arab Saudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement