Senin 06 Aug 2018 17:43 WIB

Peserta SPC 2018 Digembleng Kiat Inovasi dan Motivasi

Kaum milenial adalah kaum yang berpikir di luar dari dirinya.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Inpictures :Kiat Dompet Dhuafa Siapkan Generasi Pemimpin
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Inpictures :Kiat Dompet Dhuafa Siapkan Generasi Pemimpin

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemuda memiliki potensi besar dalam memajukan masyarakat. Sebagai agen perubahan, pemuda memiliki ide, gagasan bahkan keahlian dalam menggali potensi suatu daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Namun, ide-ide luar biasa yang mereka miliki terkadang kurang tersalurkan secara maksimal oleh karena beberapa hal. Salah satunya karena ide yang dibangun belum dirancang secara matang.

"Akibatnya, pemberdayaan yang mereka lakukan kurang berdampak di masyarakat," ujar CEO dan Founder Yatim Online, Baban Sarbana, dalam Workshop Inovasi Pemberdayaan, pada Sociopreneur Camp (SPC) 2018.

Di hadapan 144 peserta, Baban menekankan pentingnya inovasi dalam pemberdayaan masyarakat. Menurutnya, inovasi tak selalu berarti ide baru.

See the same thing but thinking something different. Bisa jadi kita menemukan sesuatu yang berbeda dari hal yang telah ada sebelumnya, itu juga dinamakan inovasi,” katanya, Ahad (5/8)

Baban menjelaskan, sebuah inovasi dan pemberdayaan harus memiliki lima hal yang sangat menentukan, yakni proses, metode, program, gerakan, dan polarisasi.

Pemberdayaan harus memiliki daya saing dan sanding agar mampu bertahan di masyarakat serta dapat diterima oleh masyarakat. Program yang disusun juga harus kreatif dan inovatif.

Tahapan dalam melakukan inovasi pemberdayaan adalah 3D yang disebutnya Define – Design – Do it atau tentukan, rancang, dan lakukan. "Ini harus dilakukan untuk membuat perubahan di masyarakat," tambahnya.

Sementara itu, Inspirator Muda, Fahd Pahdepie, dalam kesempatan yang sama mengungkapkan Inspiring Leadership Talk Sociopreneur Camp 2018 menjadi bagian penting dalam menginternalisasi nilai-nilai baik untuk perkembangan pola pikir pemimpin para peserta.

Nilai-nilai baik tersebut akan berafiliasi dengan pola pikir para pemuda jika diimplementasikan dengan baik. Bahkan ketika berbicara pemberdayaan manusia maka pemuda harus mengubah pola pikirnya agar mampu berada di posisi yang diinginkan.

Ia mengatakan, para pemuda bisa memulai sesuatu dengan metode start from the ending. Melalui metode ini pemuda akan tahu tujuan hidupnya untuk apa danapa langkah yang harus dilakukan untuk tujuan hidup tersebut.

Menurutnya, ada beberapa tahap dalam menerapkan metode ini, tahap pertama setting the scene di mana bagian akhir cerita harus bisa digambarkan dalam kerangka hidup agar lebih jelas.

Berikutnya tahap security yakni ketika seseorang menginginkan kemanan ketika memulai sesuatu hingga akhir. Sementara tahap selanjutnya adalah kesuksesan di mana para pemuda akan berpikir tentang kesuksesan ketika telah merasa aman; dan tahap keempat adalah signifikan.

“Kita semua punya pemikiran dan rekam jejak berbeda, oleh karena itu ada baiknya kita memberdayakan orang lain. Karena kaum milenial adalah kaum yang berpikir di luar dari dirinya bahkan ketika mereka belum selesai dengan dirinya sendiri,” ujarnya.

Fahd juga menuturkan  jika milenials tidak perlu takut rugi, karena rugi itu growth. Growth tak melulu dikorelasikan dengan pertumbuhan angka saja, bahkan ketika para pemuda jatuh itu juga bisa dikatakan pertumbuhan.

“Setiap orang memiliki masanya masing-masing, jangan khawatir akan hal-hal yang belum terjadi. Jalani sepenuh hati dan terus berusaha mengasah diri hingga mindset yang kamu inginkan terpenuhi,” jelas dia.

Seperti diketahui, Beastudi Indonesia Dompet Dhuafa menggelar SPC 2018 di Semarang. Sebanyak 144 mahasiswa dari 17 PTN di Tanah Air ambil bagian dalam program ini.

Para peserta merupakan penerima manfaat Beastudi Etos, yang menjadi program unggulan Dompet Dhuafa di bidang pendidikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement