Jumat 27 Jul 2018 08:21 WIB

Teknologi Informasi AG 2018 Jadi yang Terbesar dalam Sejarah

Pemerintah menyiapkan 947 akses poin Wi-Fi di sekitar GBK dan Jakabaring.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Tinjau Kesiapan ASIAN Games. Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Mensesneg Pratikno, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menpora Imam Nahrawi, Kepala Bekraf Triawan Munaf, dan Ketua Inasgoc Erick Thohir (dari kiri) melihat kesiapan tempat ASIAN Games 2018 di Pedestrian GBK, Senayan, Jakarta, Senin (25/6).
Foto: Republika/ Wihdan
Tinjau Kesiapan ASIAN Games. Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Mensesneg Pratikno, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menpora Imam Nahrawi, Kepala Bekraf Triawan Munaf, dan Ketua Inasgoc Erick Thohir (dari kiri) melihat kesiapan tempat ASIAN Games 2018 di Pedestrian GBK, Senayan, Jakarta, Senin (25/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyediaan akses telekomunikasi dan internet dalam perhelatan Asian Games 2018 merupakan proyek terbesar dan paling kompleks dalam sejarah. Hal ini disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dalam kunjungan media untuk melihat infrastruktur telekomunikasi di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. 

"Terbesar dan kompleks karena belum ada proyek teknologi informasi seperti ini sebelumnya. Bagaimana menyediakan konektivitas yang akan digunakan untuk penonton dan aplikasi untuk mendukung pelaksanaan pertandingan di berbagai venue," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (26/07).

Sebanyak 947 akses poin Wi-Fi highdens dipersiapkan di GBK dan Jakabaring untuk memenuhi kebutuhan akses internet secara gratis bagi atlet, ofisial, dan penonton. Tak hanya itu, di lokasi wisma atlet disediakan pula akses internet fiber Indihome, jaringan intranet 58 GB, penguatan BTS untuk 4.5G, dan 8 unit SNG untuk kebutuhan broadcaster.

"Akses Wi-Fi highdens sampai 100 GB itu akan bisa melayani total 80 ribu sampai 90 ribu pengguna secara bersamaan. Ini yang kita siapkan untuk acara Pembukaan Asian Games nanti," ucap Rudiantara.

Menurut dia, peningkatan kapasitas dan penambahan jaringan komunikasi diperlukan agar membuat penonton acara pembukaan bisa menyemarakkan Asian Games 2018. "Biasanya kalau ada pertandingan, jaringan seluler kan padat ada yang tidak bisa akses. Semua yang nonton pasti akan posting video, tak mau nanti, maunya begitu acara langsung posting," katanya.

Rudiantara mengatakan bahwa acara pembukaan Asian Games 2018 juga penting sebagai upaya untuk membuat legacy bagi negara lain. "Pembukaan dan penutupan harus memberikan impresi yang wah, tapi tidak boros. Semua harus dimudahkan, saya minta teman-teman (operator) agar kebutuhan konektivitas bisa tampung oleh Wi-Fi yang gratis tak perlu login," ujarnya menjelaskan.

Rudiantara menambahkan, perangkat konektivitas yang telah terpasang juga akan dapat menjadi warisan untuk digunakan dalam berbagai gelaran lain di Stadion GBK, Jakarta, dan Jaka Baring, Palembang, Sumsel. "Ini akan jadi warisan usai pelaksanaan Asian Games 2018. Kalau dulu kita bersyukur Presiden Sukarno membuat venue olahraga di tengah kota dan sejumlah monumen. Kalau sekarang warisannya adalah konektivitas yang bisa digunakan oleh pengguna Gelora Bung Karno (GBK) dan venue lainnya," tuturnya.

Akses internet cepat di Stadion Utama GBK dirancang berbasis high density Wi-Fi sebagai akses internet utama. Karena itu, Rudiantara mengapresiasi kerja sama operator dan penyelenggara layanan internet di Indonesia untuk menyukseskan gelaran olahraga terbesar di Asia itu.

"Seluruh operator telekomunikasi dan provider internet turut gotong royong untuk memastikan kapasitas telekomunikasi agar siap untuk pembukaan. Yang inti dari Telkom," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement