Kamis 26 Jul 2018 14:30 WIB

Kemenristekdikti Godok Skema Baru Seleksi Masuk PTN

SNMPTN, SBMPTN atau Ujian Mandiri tidak akan dihapuskan untuk seleksi masuk PTN.

Ujian SMBPTN Berkebutuhan Khusus. Peserta mengikuti Ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMBPTN) 2018 dengan ujian tulis berbasis komputer di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Selasa (8/5).
Foto: Republika/ Wihdan
Ujian SMBPTN Berkebutuhan Khusus. Peserta mengikuti Ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMBPTN) 2018 dengan ujian tulis berbasis komputer di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Selasa (8/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggian (Kemenristekdikti) sedang menggodok skema baru dalam proses seleksi mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri (PTN). Nantinya, seleksi penerimaan mahasiswa baru akan lebih mengedepankan kompetisi akademik.

"Sistem penerimaan itulah yang harus kita perbaiki, agar ada keadilan antara jawa dan luar jawa. Jadi nanti saya akan masukkan tes kemampuan akademik," kata Menristekdikti Mohammad Nasir di Gedung Kemenristekdikti, Kamis (26/7).

Namun begitu, dia mengatakan, jalur seleksi yang telah ada seperti Seleksi Nasional Masuk PTN (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk PTN dan Ujian Mandiri tidak akan dihapuskan. Hanya saja, dalam semua proses jalur seleksi tersebut ada skema baru terkait kemampuan akademik.

"Di Swedia, Inggris, dan Amerika metode penerimaan mahasiswa baru di sana selama 100 tahun tidak pernah ada masalah. Dan mereka rata-rata bisa diterima di semua universitas. Tapi tergantung kualitasnya," jelas dia.

Dia pun memastikan, pihaknya tidak akan menerapkan sistem zonasi dalam penerimaan mahasiswa baru di PTN. Karena dia menilai, penerapan sistem zonasi hanya akan menciptakan daya saing rendah. Padahal, tegas dia, daya saing siswa harus terus ditingkatkan.

"Zonasi itu bagi saya akan menciptakan low competitiveness, daya saing menjadi rendah. Padahal daya saing itu harus kita tingkatkan, supaya terpacu untuk meningkatkan kualitas," kata Nasir di Gedung Kemenristekdikti, Kamis (26/7).

Nasir mengatakan, untuk meningkatkan daya saing maka sistem penerimaan harus diperbaiki. Karena selama ini, masyarakat selalu beranggapan, jika lulusan dari SMA bagus maka sudah dipastikan lebih mudah masuk ke perguruan tinggi bagus. Sebaliknya, jika SMA-nya kurang bagus, maka dia tidak bisa masuk.

"Sekarang bagaimana menyelesaikan? Saya masukkan tes kemampuan akademik. Jadi potensinya (calon mahasiswa) juga kita lihat," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement