Rabu 25 Jul 2018 06:01 WIB

Eko Rimbawan, Berawal dari Cita-Cita Jadi Pemain Sepak Bola

Walau masih berusia 23 tahun, Eko terbilang sprinter senior di tim atletik Indonesia.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Endro Yuwanto
Tim lari estafet putra Indonesia Iswandi (kiri), Eko Rimbawan (kedua kiri), Fadlin (kedua kanan) dan Yaspi Bobi berfoto selepas berlaga dalam nomor estafet 4x100 meter putra SEA Games XXIX di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (25/8).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Tim lari estafet putra Indonesia Iswandi (kiri), Eko Rimbawan (kedua kiri), Fadlin (kedua kanan) dan Yaspi Bobi berfoto selepas berlaga dalam nomor estafet 4x100 meter putra SEA Games XXIX di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (25/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Eko Rimbawan akan jadi salah satu harapan Indonesia menambah medali dari cabang atletik Asian Games 2018. Sprinter berusia 23 tahun itu akan turun di cabang atletik putra di nomor 200 meter dan estafet 4 x 100 meter.

Asian Games 2018 Jakarta-Pelambang akan menjadi event terbesar di Asia pertama yang akan diikuti Eko. Ia berharap di hadapan publik sendiri dapat mempersembahkan medali yang akan mengumandangkan lagu Indonesia Raya dan mengibarkan bendera merah putih di hadapan semua kontingen atletik negara-negara Asia.

"Target saya adalah meraih medali di Asian Games. Naik podium," kata Eko kepada Republika.co.id di Hotel Century Atlet, Senayan, Jakarta, Selasa (24/7).

Walau masih berusia 23 tahun, Eko terbilang sprinter senior di tim atletik Indonesia. Putra kelahiran Kalimantan Tengah itu sudah berpengalaman turun di even Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 di Jawa Barat, SEA Games 2017 di Kuala Lumpur, dan beberapa ajang lomba atletik tingkat dunia.

Catatan waktu terbaik Eko adalah 21,83 detik. Catatan waktu itu ia buat tahun ini. Eko ditarik ke Pelatnas Atletik Indonesia sejak 2016 lalu, usai menjadi finalis di PON Jabar. Saat itu Eko finis di urutan enam. Pelatnas tak ragu menarik Eko karena saat itu ia masih muda 21 tahun dan dinilai punya harapan untuk jangka panjang.

Walau gagal medali di PON, Eko membayarnya di ajang Gran Prix Cina pada April 2017. Di situ ia memenangkan medali emas untuk lari 4 x 100 meter. Prestasi di Cina menjadi yang pertama dicatatkan Eko di event internasional. Setelah itu ia kembali mengharumkan nama Indonesia di ajang SEA Games 2017 Kuala Lumpur. Ia mendapatkan medali perak.

Berawal dari cita-cita jadi pesepak bola

Sejak kecil, Eko memang menyukai dunia olahraga. Olahraga yang paling ia gemari adalah sepak bola. Eko merupakan Madridistas atau penggemar setia Real Madrid. Eko sangat menyukai pemain terbaik dunia, Cristiano Ronaldo.

"Hobi saya sejak kecil ya sepak bola. Sampai sekarang saya masih rutin main bola. Saya sangat terinspirasi sama Cristiano Ronaldo," ujar Eko.

Saat masih sekolah, Eko pernah terlintas masuk sekolah sepak bola di Salatiga, Jawa Tengah. Ia merasa bisa mengembangkan bakat sepak bolanya sebagai seorang striker.

Tetapi, karena Salatiga cukup jauh dari Kalimantan Tengah, Eko tak mendapat izin dari orang tua untuk masuk SSB. Sehingga Eko hanya melanjutkan sekolah umum sampai ia kuliah di Universitas Palangkaraya jurusan Pendidikan Ilmu Keolahragaan.

Di dunia kampuslah ternyata Eko mendapati jembatan untuk menjadi atlet. Karena catatan waktunya termasuk yang terbaik di kampus, Eko diikutkan untuk lomba di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov). Eko pun memborong emas untuk lari 100 meter dan 200 meter. Dari situlah Eko terpantau oleh pemandu bakat dari tim PON Kalteng yang kemudian mengikutkannya di PON Jabar 2016.

Eko sempat ragu untuk menerima tawaran masuk Pelatnas usai tampil di PON. Orang tua Eko ingin dirinya fokus menyelesaikan kuliah. Tapi Eko nekat tidak menuruti kemauan orang tuanya karena ia sudah membayangkan akan menjadi atlet Indonesia di pentas dunia bila ikut Pelatnas.

Kehilangan masa muda

Sudah bertahun-tahun menjadi atlet, Eko selalu disibukkan dengan program latihan dari pelatih Pelatnas. Setengah hati Eko merasa masa mudanya jadi tidak sebebas teman-temannya yang lain. Eko menghabiskan hari-harinya jauh dari sahabat-sahabat, orang tua, dan keluarga karena fokus Pelatnas di Jakarta.

"Suka dukanya pasti ada (menjadi atlet). Saya merasa kehilangan masa muda. Tidak pernah lagi ikut kumpul sama teman-teman lama," kata Eko menambahkan.

Namun di balik itu, Eko juga merasakan banyak suka cita. Terlebih ketika ia mendapatkan gelar juara di Cina dan medali perak di Asian Games. Menurut Eko, pengorbanan masa mudanya kini sudah terbayar dengan hal yang lebih besar. Yakni menjadi pejuang Indonesia di dunia olahraga.

Eko menyebut sangat bangga bisa menjadi atlet berprestasi. Ia dapat membuat orang tua senang dan bangga karena berbuat hal positif untuk nama baik negara.

Eko mengatakan, orang tuanya yang dulu tidak memberi izin masuk pelatnas kini sudah berubah pikiran terhadap pilihan yang ia ambil. Eko mengungkapkan, ibunya nanti akan memberikan dukungan langsung di Stadion Gelora Bung Karno Senayan saat Eko bertanding melawan atlet negara-negara lain di cabang atletik. Good Luck Eko!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement