Jumat 06 Jul 2018 11:02 WIB

Mahasiswa UB Gunakan Serangga Sebagai Pakan Ikan Lele

Serangga dimanfaatkan sebagai pakan yang mampu menekan biaya pakan 50 persen

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) berhasil membudidayakan serangga ceremenje sebagai pakan murah untuk ikan lele. 
Foto: Istsimewa
Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) berhasil membudidayakan serangga ceremenje sebagai pakan murah untuk ikan lele. 

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) berhasil membudidayakan serangga ceremenje sebagai pakan murah untuk ikan lele. Keberhasilan ini dilakukan oleh mahasiswa Himatul Ilma Silfia, Iraniar Yuni Arsari, Muhammad Sulthoni Ashari, dan Saadatin Nurul Jannah.

Perwakilan tim, Himatul Ilma Silfia menjelaskan, ceremenje masih satu keluarga dengan kecoa. Serangga ini dimanfaatkan sebagai pakan ikan lele sehingga mampu menekan biaya pakan sebesar 50 persen. Apalagi Ceremenje memiliki kandungan protein tinggi sekitar 36 persen dibandingkan kecoa biasa yang hanya 18 persen.

photo
Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) berhasil membudidayakan serangga ceremenje sebagai pakan murah untuk ikan lele.  (Istimewa)

Dalam peneliatiannya, tim memang sengaja mengangkat suatu sistem pertanian terintegrasi yang disebut “Integrated Farming and Aquaponic atau SystemInFAc ”. Hal ini berarti sistem integrasi budidaya ikan lele dengan memanfaatkan kotoran unggas dan ceremenje pada konsep aquaponic.

"Sistem tersebut memanfaatkan limbah kotoran ayam sebagai media budidaya ceremenje menjadi pakan ikan lele yang murah, sebab saat ini harga pelet semakin naik," ujarnya melalui keterangan resmi yang diterima Republika.

Menurut Hima, program InFAc diterapkan di Desa Tembalang, Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar. Desa ini merupakan salah satu sentra ayam terbesar di Indonesia. Penduduk Desa Tembalang rata-rata bekerja sebagai petani, tapi hampir setiap rumah terdapat ayam sebagai ternak peliharaan.

Fakta di lapangan menyebutkan, kotoran ayam warga yang menumpuk ternyata masih belum bisa dimanfaatkan. Kotoran itu jelas menimbulkan polusi udara bagi masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, dia menilai, perlu diterapkan program InFAc di desa tersebut.

Melalui program InFAc, kotoran ayam yang menumpuk dapat termanfaatkan untuk budidaya ceremenje dan mengurangi polusi udara. Dengan program ini, Hima juga berharap dapat membantu menyukseskan langkah awal pemberdayaan masyarakat.

Ketua Karang Taruna mengatakan, program InFAc sangat membantu dan bermanfaat bagi anggota karang taruna. Sebab, mereka menjadi lebih produktif dan dapat berinovasi dalam memberikan pakan ikan lele. "Kami sangat berterimakasih kepada mahasiswa UB yang telah membantu karang taruna kami, dalam membangun dan memajukan karang taruna Dharma Abadi,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement