Senin 02 Jul 2018 20:25 WIB

ITS Luncurkan Kapal Bambu Pertama di Dunia

Menteri Susi menyatakan akan membantu sertifikasi Kapal Baito Deling

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (kanan) mendayung kapal berbahan bambu laminasi, Baito Deling 001 buatan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya saat peluncuran kapal tersebut di Kenjeran, Surabaya, Senin (2/7).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (kanan) mendayung kapal berbahan bambu laminasi, Baito Deling 001 buatan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya saat peluncuran kapal tersebut di Kenjeran, Surabaya, Senin (2/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya secara resmi meluncurkan kapal berbahan dasar bambu laminasi yang pertama di dunia, bernama Baito Deling 001. Peluncuran yang dilakukan langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan RI Susi Pudjiastuti digelar di Taman Hiburan Pantai (THP) Kenjeran, Surabaya, Senin (2/7).

Pada kesempatan itu, Susi mengatakan, dari dahulu bambu memang sudah digunakan oleh orang-orang untuk membuat segala keperluan, mulai dari rumah hingga peralatan rumah. Ia meyakini bambu juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi jika dilakukan inovasi.

Ia juga menyampaikan, sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, tugasnya adalah memastikan kedaulatan laut dan membangun dunia perikanan di Indonesia. Khususnya masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Bahkan, Susi berharap, para nelayan bisa menggunakan kapal produk dalam negeri saat menangkap ikan.

“Kapal ikan harus buatan Indonesia dan yang menangkap ikan juga harus dari Indonesia, tidak boleh tidak,” kata Susi dalam sambutannya.

Susi menyatakan akan membantu sertifikasi Kapal Baito Deling, dan jika sudah siap nantinya akan diproduksi secara masal. Susi kemudian berharap kapal tersebut agar dapat diselesaikan menjadi produk jadi, agar segera dapat dipergunakan oleh para nelayan.

“Ini menjadi sebuah pilihan di tengah mahalnya kapal berbahan baku kayu bagi nelayan,” ujar Susi.

Ketua Tim Baito Deling Research Heri Supomo menjelaskan, kelangsungan industri kecil menengah (IKM) galangan kapal berbahan kayu menjadi tidak menentu akibat tingginya harga jual kayu di pasaran. Hal ini disebabkan oleh penebangan liar yang tidak diiringi reboisasi dan berimbas pada meroketnya harga kapal kayu di Indonesia

Menyikapi hal tersebut, melalui penelitian yang berlangsung sejak 2012, ia menghadirkan sebuah terobosan baru penggunaan material bambu pada kapal tangkap ikan Baito Deling 001. “Kapal ini mampu menekan biaya hingga 60 persen, menjadikan bambu sebagai material alternatif masa depan,” ujar dosen Teknik Perkapalan ITS itu.

Ia menambahkan, bambu memiliki banyak keunggulan seperti potensinya yang melimpah, lebih murah, kekuatan tarik dan tekuk lebih besar dari kayu, serta masa panen yang 10 kali lebih cepat dibandingkan kayu. Penggunaan bambu petung dan bambu ori dipilih karena nilai kuat tarik dan tekuk sebesar 180 MPa dan 84 MPa, serta renggangan mencapai 8,93 persen, di mana lebih baik daripada kayu jati.

“Semakin terkena air laut bambu itu akan semakin kuat,” ujar Heri.

Rektor ITS Joni Hermana mengungkapkan rasa bangganya atas peluncuran kapal yang sudah memiliki dua hak paten dan mendapat dukungan dari banyak institusi pemerintahan ini. Salah satunya dari PT Pembangkit Jawa Bali (PJB), Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan beberapa pemerintah daerah di Indonesia.

Menurut Joni, ini sebagai bentuk komitmen ITS untuk menjawab permasalahan masyarakat. Terlebih penelitian ini mendapatkan penghargaan The Distinction Medal dari The Royal Institution of Naval Architects (RINA), sebuah organisasi terbesar yang menaungi bidang perkapalan sejak tahun 1860 yang bermarkas di Inggris.

“Selain itu, inovasi ini mengingatkan saya pada pesan Bung Karno agar ITS  terus mengembangkan kelautan dan perkapalan Indonesia,” ujar Guru Besar Teknik Lingkungan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement