Senin 02 Jul 2018 14:34 WIB

Senegal Nilai Jepang yang Justru Cederai Nilai Fair Play

Jepang hanya memainkan bola untuk mempertahankan keadaan

Tim Nasional Senegal
Foto: AP Photo/Sunday Alamba, File
Tim Nasional Senegal

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Federasi Sepak Bola Senegal (FSF) mendesak FIFA mempertimbangkan kembali putusannya tentang aturan "Fair Play". Hal ini terkait akumulasi kartu kuning yang membuat Senegal gagal menembus babak 16 besar Piala Dunia 2018.

Senegal sejatinya memiliki nilai, gol, serta selisih gol yang sama dengan Jepang. Namun langkah mereka terhenti akibat aturan terbaru tentang "Fair Play". Di mana tim yang lolos ditentukan jumlah akumulasi kartu.

Selama penyisihan grup, pemain Senegal memang memiliki lebih banyak kartu kuning dibanding tim Samurai Biru. Namun masalahnya kemudian, ketika Jepang mengetahui lebih baik dari jumlah akumulasi kartu, Jepang justru hanya memainkan bola di 10 menit akhir pertandingan menghadapi Polandia.

Hal itulah yang dinilai Senegal mencederai nilai Fair Play sesungguhnya dalam sepak bola.

"Federasi (Senegal) percaya bahwa Jepang benar-benar menolak untuk bermain ketika mengetahui bahwa Kolombia baru saja mencetak gol melawan Senegal, penolakan untuk bermain yang akan menguntungkan Jepang, tetapi bertentangan dengan prinsip-prinsip FIFA dalam sepak bola," ujar Juru Bicara FSF Kara Thioune.

Federasi Senegal, lanjutnya, semakin terkejut ketika sesi konferensi pers pelatih Jepang mengakui hal itu. Bahwa mereka berusaha mempertahankan hasil yang ada kala itu.

photo
Pesepak bola Jepang Keisuke Honda mencetak gol kedua pada pertandingan grup H Piala Dunia 2018 antara Jepang melawan Senegal di Yekaterinburg Arena, Ahad (24/6).

"Federasi Sepak Bola Senegal menyesalkan kurangnya fair play yang ditunjukkan tim Jepang. Ini menantang FIFA dengan gagasan peringkat jumlah kartu," kata Thioune.

FSF diketahui telah mengirim dua surat ke FIFA untuk mengeluhkan kondisi tersebut.

"Seharusnya ada cara untuk menghukum pemain, pelatih atau tim untuk sikap seperti itu," tegas Thioune.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement