Sabtu 23 Jun 2018 12:49 WIB

Makna Emosional Selebrasi Xhaqiri dan Xhaka

Pelatih Swiss berharap anak asuhnya tak membenturkan sepak bola dan politik.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Endro Yuwanto
Pemain Timnas Swiss, Xherdan Shaqiri, melakukan selebrasi Elang Kepala Ganda usai menjebol gawang Serbia di laga Grup E Piala Dunia 2018 di Kaliningrad, Rusia, Jumat (22/6).
Foto: AP/Laurent Gillieron
Pemain Timnas Swiss, Xherdan Shaqiri, melakukan selebrasi Elang Kepala Ganda usai menjebol gawang Serbia di laga Grup E Piala Dunia 2018 di Kaliningrad, Rusia, Jumat (22/6).

REPUBLIKA.CO.ID, KALININGRAD -- Kemenangan Swiss 2-1 atas Serbia ternyata menyisakan buah bibir bagi para pendukung Serbia. Pasalnya, baik Granit Xhaka dan Sherdan Shaqiri, menunjukkan selebrasi yang memicu perang dingin antaretnis Kosovo dan Serbia.

Ya, dua gol timnas Swiss diciptakan melalui dua penggawa asal Kosovo, Albania. Meski tertinggal lebih dulu melalui gol cepat Aleksandar Mitrovic pada menit ke-5, Swiss membalikkan posisi melalui tendangan keras Granit Xhaka menit ke-52 dan Xherdan Sahqiri yang sukses memperpanjang rekor tak terkalahkan Swiss.

Namun selebrasi yang dilakukan kedua pemain tersebut ternyata menjadi perhatian dunia. Xhaka dan Shaqiri berlari ke pinggir lapangan dengan meletakkan kedua tangan di dada yang menyeruapi bendera Kosovo (simbol burung elang).

FIFA bisa memberikan hukuman kepada kedua pemain tersebut. Mereka bisa dijatuhi hukuman lantaran membawa ranah politik ke dalam lapangan hijau.

Selepas laga Shaqiri pun enggan membicarakan masalah ini dan menyatakan aksinya tersebut merupakan emosi yang tak bisa diduga. "Aku tak ingin berbicara dan hanya ingin menikmati ini. Dalam sepak bola, Anda selalu memiliki emosi. Anda dapat melihat apa yang saya lakukan, dan itu hanya emosi. Saya senang bisa mencetak gol dan saat ini tak perlu membahas apapun (selebrasi)," kata pesepak bola 26 tahun dikutip ESPN, Sabtu (23/6).

Shaqiri lahir di Kosovo, bekas provinsi Serbia yang mendeklarasikan kemerdekaan pada 2008. Serbia menegaskan tidak mengakui kemerdekaan Kosovo dan membuat gunung es antara kedua negara tetap melangit.

Bahkan, deklarasi kemerdekan Kosovo pada 17 Februari 2008 silam berbuntut protes Pemerintahan Serbi dengan melancarkan aksi untuk memerangi deklarasi Kosovo. Sejak berabad-abad lalu, kondisi dua daerah ini (Kosovo-Serbia) memang begitu pelik.

Konflik lama terkait perbedaan agama dan etnis terus menjadi pemicu ketegangan. Alhasil, perang tak kunjung usai di Balkan membuat seluruh keluarga di Albania ke luar dari lokasi tersebut dan memilih menetap di Swiss.

Di sisi lain, pelatih Swiss Vladimir Petkovic berharap sorotan yang tengah mengarah kepada kedua anak asuhnya itu tak membuat keduanya melemah. "Anda seharusnya tak boleh mencampuradukan politik dan sepak bola. Anda sepatutnya menunjukan rasa hormat. Seharusnya, kami fokus saja terhadap hal positif yang terjadi di laga ini," kata eks pelatih SS Lazio.

Pelatih Serbia Mladen Krstajic pun mengatakan bahwa dirinya tak ingin membenturkan antara politik dan sepak bola. "Saya tak ingin berkomentar apa pun tentang ini, dan tak mau berususan. Saya adalah olahragawan."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement