Selasa 05 Jun 2018 18:46 WIB

JK: Kampus Harus Ajarkan Agama dengan Benar

Radikalisme itu muncul dari pikiran, pengaruh, dan pengetahuan yang salah.

Jusuf Kalla
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Selasa (5/6), mengatakan perguruan tinggi harus mengajarkan pemahaman agama yang benar untuk menghindarkan paham radikal di lingkungan universitas.

"Radikalisme itu muncul dari pikiran, pengaruh, dan pengetahuan yang salah. Maka untuk mengurangi dan menghentikan radikalisme, universitas harus memberikan pemahaman kepada seluruh mahasiswanya hal yang benar dan sesuai," kata Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden Jakarta, Selasa.

Para pelaku akademis di lingkungan kampus juga memiliki peran untuk mengawasi dan mendampingi setiap kegiatan keagamaan. Hal ini supaya para penceramah agama di lingkungan kampus tidak memberikan pemahaman radikal kepada mahasiswa.

"Kalau mereka memakai dasar agama yang keliru, maka tentu para ustaz dan da'i di universitas, termasuk guru agama dan dosen-dosen, harus dapat memahami bagaimana radikalisme itu diatasi," tambahnya.

Selain itu, pemberian mata kuliah atau pelajaran bela negara juga dapat dimanfaatkan untuk menghindarkan paham radikalisme merajalela di lingkungan pendidikan.

Terkait penangkapan tiga terduga teroris di Universitas Riau pekan lalu, Wapres mengatakan para pelaku tersebut merasa kampus sebagai tempat yang aman untuk merakit bom.

Oleh karena itu, JK mengimbau kepada semua dosen dan mahasiswa untuk waspada terhadap kegiatan mencurigakan di lingkungan kampus. "Mereka memakai universitas sebagai tempat untuk membuat bom agar mereka merasa aman, karena kan dikira laboratorium itu tempat untuk melakukan percobaan (akademis), padahal dipakai untuk bikin bom," tambahnya.

Sebelumnya, Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap tiga orang terduga teroris dan menyita sejumlah barang yang diduga bom dari kampus Universitas Riau, Kota Pekanbaru, pada Sabtu (2/6). Ketiga terduga teroris berinisial Z, B, dan K tersebut merupakan alumni Universitas Riau tahun 2002, 2004, dan 2005.

Terduga Z disebut sebagai alumnus Jurusan Pariwisata, sementara terduga B dan K adalah alumni Jurusan Komunikasi dan Administasi Negara FISIP Unri.

Ketiganya sengaja menumpang tidur di mes Mapala (Mahasiswa Pencinta Alam) Sakai, dan merakit bom di dalam mes tersebut. Rakitan bom tersebut rencananya akan diledakkan di komplek Gedung DPR RI dan DPRD Riau.

Baca juga, Jokowi Minta Pandangan Cendikiawan Muslim Soal Radikalisme.

Pada Senin (4/6),  Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang sejumlah cendekiawan Muslim ke Istana Negara. Dalam pertemuan ini, Jokowi meminta pandangan kepada mereka terkait perkembangan radikalisme, khilafah hingga intoleransi di Indonesia.

Cendekiawan muslim Azyumardi Azra mengatakan, Presiden Jokowi meminta masukan dan pemikiran para cendekiawan terkait meningkatnya radikalisme dan intoleransi, hal penting yang harus dipikirkan semua pihak. Dalam pertemuan ini juga dibicarakan mengenai hal yang bisa merusak ketahanan, sosial, budaya, dan ekonomi termasuk mengenai kesenjangan di daerah. "Ya itu yang paling penting," kata Azyumardi di Istana Negara, Senin (4/6).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement