Senin 04 Jun 2018 15:07 WIB

Tiga Mahasiswa UMM Rasakan Istimewanya Ramadhan di Polandia

Menjadi minoritas di Negara Renaissance ini tidak menyurutkan semangat beribadah.

Suasana buka puasa bersama di Polandia.
Foto: Dokumen.
Suasana buka puasa bersama di Polandia.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Naiknya suhu udara di Poznan menandakan bahwa musim panas akan segera tiba. Di tengah kesibukkan untuk mengatur waktu  istirahatnya, Tata Budhi Prasetyo, mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), berbagi kisahnya menjalani puasa di salah satu kota di Polandia tersebut.

Dalam suasana perbedaan waktu hampir lima jam, Tata sangat bersemangat membagi kisah  puasa di negara rantauannya itu. “Alhamdulillah, dengan banyak halangan dan rintangan bisa menjalani puasa hampir dua minggu ini,” ujarnya, dengan nada bercanda.

Setelah hampir empat bulan berada di Polandia, Tata telah sejak lama mempersiapkan dirinya untuk bisa menjalankan ibadah puasa di negara dengan empat musim. Walaupun puasa kali ini bukan puasa pertamanya di negara lain, namun Tata mengaku sangat kewalahan mengatur waktu istirahatnya dengan waktu santap sahurnya.

“Dulu sudah pernah puasa di Singapura tapi gak sesulit ini atur waktu tidur sama sahur,” katanya, dalam siaran pers.

Mahasiswa asal Malang, Indonesia ini, mengaku hanya memiliki waktu enam jam untuk berbuka, shalat Tarawih, istirahat, dan sahur. “Lumayan berat atur waktu berbuka dan sholat tarawihnya soalnya singkat banget waktunya,” ujar dia.

Semakin mendekatnya musim panas menjadikan waktu siang di negara  tersebut semakin lama, yakni sekitar 19 jam. Tata mengakui bahwa di awal puasa ia lebih sering menghabiskan waktu siangnya di area perpustakaan kampus untuk mencari udara dingin.

“Paling gak produktif itu awal-awal tiga empat hari puasa, kerjaanku cuma diam di perpustakaan cari angin dingin dari AC,” ceritanya dengan tertawa.

Menjadi minoritas di Negara Renaissance ini tidak menyurutkan semangat beribadah Tata. Bersama teman-teman yang tergabung di Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Poznan, Tata membuat acara buka bersama warga Poznan.

“Ini biar gak mager terus dan semangat puasa akhirnya buat bazar makanan khas Indonesia untuk dinikmati bersama warga Poznan saat waktu buka puasa,” jelasnya.

Sementara itu, berbeda dengan Tata, dua dara  yang juga mahasiswa UMM Elisa Kusno dan Rosida Dewi Faizatul, juga memiliki kisah unik puasa bersama warga Polandia dan Romania.

Setelah selesai mengikuti kelas bahasa Romania, Oci sapaan akrab Rosida Dewi, dengan semangat menuturkan kisahnya saat diajak berdiskusi tentang sejarah puasa.

“Mereka baru sadar aku puasa itu hari ke dua atau ke tiga yah, aku lupa, tapi waktu mereka tahu mereka langsung tanya-tanya soal puasa,” ujar mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM ini.

Berbeda halnya dengan Oci, Elisa, mahasiswa Program Studi Ilmu Teknologi Pangan (ITP)  Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP), mendapatkan perhatian lebih dari teman-teman asrama dan kelasnya. Ia juga mengaku bisa sampai setiap menit menjawab pertanyaan teman-temannya tentang kondisinya selama berpuasa.

“Mereka jadi lebih perhatian gitu ke aku, tiap menit aku jawab pertanyaan mereka tentang kondisiku yang masih sehat atau gak karena puasa,” terang Elisa sambil tertawa.

Meskipun, jauh dari sanak keluarga, ketiga mahasiswa UMM Program Erasmus+ ini mengaku puasa mereka di negeri Eropa sangat berkesan. Mulai harus melupakan jauh-jauh agenda buka bersama dengan teman-teman kelas, sahur on the road, hingga antri takjil gratis di Masjid.

“Sedih banget waktu lihat grup kelas mengagendakan buka bersama tapi aku harus absen. Untungnya di sini suasana kekeluargaanya sangat terasa,”  kata Oci.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement