Senin 04 Jun 2018 14:27 WIB

Pemerintah Bahas Pendidikan Tinggi dengan 27 Negara

Inovasi juga menjadi hal yang penting dalam pengembangan pendidikan tinggi

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Muhammad Hafil
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir memberikan sambutan dalam acara peresmian kapal penangkap cumi dan kapal cepat di Jakarta, Sabtu, (7/4).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir memberikan sambutan dalam acara peresmian kapal penangkap cumi dan kapal cepat di Jakarta, Sabtu, (7/4).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir membuka secara resmi Intermediate Senior Official Meeting (ISOM) Asia Europe Meeting (ASEM) on Education ke-3 di Hotel Fairmont, Jakarta (4/6). Kegiatan ini diadakan untuk membahas dan menyelaraskan kebijakan pendidikan tinggi pada negara-negara di kawasan Asia Eropa melalui wadah kerjasama ASEM.

Nasir mengatakan, pada kegiatan tersebut Indonesia akan berbagi mengenai pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia melalui program penjaminan mutu pendidikan tinggi. Selain itu, program-program untuk mendorong kerjasama antara akademisi, bisnis, dan pemerintah (konsep Triple Helix).

"Inovasi juga menjadi hal yang penting dalam pengembangan pendidikan tinggi. Karena hasil riset dari berbagai bidang ilmu harus diaplikasikan ke industri dan masyarakat untuk dikomersialisasikan serta harus memenuhi kebutuhan pasar dunia," kata Nasir usai membuka acara.

Selain itu Nasir juga menyebutkan program student mobility yang telah dijalankan Indonesia sebagai upaya internasionalisasi pendidikan tinggi Indonesia. Diantaranya ASEAN International Mobility for Students (AIMS), Joint Degree/Double Degree, Joint Curriculum, Credit Transfer, Credit Earning, Fast-track program, dan ODL (Online/Blended Learning).

"Program student mobility adalah salah satu program untuk mendukung kolaborasi internasional dan juga untuk meningkatkan kualitas serta bentuk tanggung jawab sosial," ujar Nasir.

Sementara untuk mendorong Triple Helix Nasir menerangkan Kemenristekdikti memiliki program seperti training dan magang untuk techno-entrepreneur muda yang berasal dari perguruan tinggi dan lembaga litbang. Selain itu juga memberikan insentif untuk Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT), serta berkolaborasi dengan perusahaan swasta untuk mempromosikan pertumbuhan start-up di Indonesia melalui program inkubasi.

"Semua program ini mungkin akan dieksplor dan dikembangkan ke program internasional," jelas Nasir.

Pada tahun ini Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menjadi tuan rumah untuk perhelatan internasional yang berlangsung pada 3-5 Juni 2018. Acara tersebut diikuti sekitar 140 peserta dari 14 negara Eropa dan 13 negara Asia serta 9 organisasi internasional sebagai stakeholder. Dari Indonesia hadir 48 perguruan tinggi, 6 Kopertis, 3 Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), dan kementerian lain.

Dalam pertemuan ini akan dibahas beberapa tema penting terkait pengembangan pendidikan tinggi seperti Recognition and Quality Assurance, Balanced Mobility, Engaging Bussiness and Industries, Long Life Learning (LLL) dan Technical and Vocational Education and Training (TVET).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement