REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mempunyai slogan “Moral and Intellectual Integrity”. Salah satu implementasinya adalah adanya program tahsin alquran bagi mahasiswa. Program ini dijalankan di bawah wewenang Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) UAD.

Menurut Kepala Pusat al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) dan Layanan Sosial Keagamaan LPSI, Nur Kholis Arman Maimun,  program mengaji atau tahsin Alquran merupakan sasaran mutu UAD. Melalui program ini, diharapkan lulusan UAD fasih dalam membaca Alquran.

“Kegiatan ini kami sosialisasikan untuk mahasiswa, supaya mereka memiliki kecakapan membaca Alquran. Awalnya memang berat dan banyak kendala, tetapi sekarang sudah berjalan lancar serta rapi,” jelas Nur Kholis ketika ditemui di Kampus 4 UAD, Jalan Ringroad Selatan, Tamanan, Bantul, Yogyakarta, Selasa (15/5).

Lebih lanjut, ia mengungkapkan, mahasiswa akan merasa gelisah jika belum mengikuti tes tahsin. Hal tersebut dikarenakan sertifikat tahsin dibutuhkan sebagai persyaratan kuliah kerja nyata (KKN) dan ujian pendadaran.

“Salah satu syarat untuk mengikuti KKN dan ujian pendadaran minimal nilai tahsinnya B. Kami tidak akan mengeluarkan sertifikat jika belum mencapai batas nilai minimum. Program ini tidak hanya untuk menguji mahasiswa, tetapi juga menyediakan layanan pembinaan," katanya.

Untuk menghindari bentrok jadwal tahsin Alquran dengan perkuliahan, sampai saat ini LPSI UAD terus membenahi metode pembimbingan. Beberapa di antaranya dengan menambah ustaz maupun ustazah pembimbing tahsin, merevisi jadwal bimbingan, dan memusatkan pembimbingan di kompleks Islamic Center kampus 4 UAD. LPSI juga bekerja sama dengan Biro Sistem Informasi dan Komunikasi (Biskom) untuk menyusun jadwal tahsin di portal mahasiswa.

Ikuti Whatsapp Channel Republika