Komisi X Dukung Pengembangan Wisata Pulau Bintan

Kunjungan kerja untuk meninjau Bintan sebagai destinasi wisata dunia.

Kamis , 03 May 2018, 12:31 WIB
Wisata Pantai di Pulau Bintan.
Foto: indonesia.travel
Wisata Pantai di Pulau Bintan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi X DPR RI konsisten dalam mendukung pengembangan pariwisata Tanah Air. Hal ini dibuktikan ketika Tim Kunjungan Kerja Komisi X DPR RI yang dipimpin Sutan Adil Hendra meninjau potensi pariwisata di Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, Ahad (29/4).

Kunjungan kerja yang didampingi Sekretaris Jenderal Kementerian Pariwisata Ukus Kuswara ini merupakan agenda penting dalam rangka meninjau berbagai program pengembangan wisata Bintan sebagai destinasi dunia. Kunker Komisi X dan Kemenpar ini dapat diartikan sebagai sinergitas kelembagaan dalam mengembangkan destinasi wisata baru.

Menurut Sutan, Pulau Bintan merupakan satu dari potensi wisata Indonesia yang bisa menjadi destinasi dunia. Maka dalam berbagai kesempatan rapat dengan Kemenpar, pihaknya mendorong upaya percepatan pembangunan wisata di daerah potensial, termasuk di Kepri.

“Potensi wisata bahari yang dimiliki Bintan perlu dukungan yang kuat dari DPR dan Kemenpar. Kita melihat Bintan dengan segala potensinya, tantangan hingga peluang yang ada, sehingga dengan kegiatan ini ada kesamaan pandangan antara legislatif dan eksekutif dalam menyusun program dan anggaran pariwisata,” jelas Sutan.

Sutan menambahkan, karena potensi sebesar apa pun jika tidak diikuti kesamaan persepsi antara para pihak, akan melahirkan berbagai perbedaan persepsi dan kepentingan, akibatnya masing-masing jalan sendiri, dan akhirnya hasilnya kurang optimal. Wakil Gubernur Kepri Isdianto berharap kunjungan Komisi X bisa menghadirkan angin segar bagi seluruh masyarakat, terutama di tengah gencarnya guncangan badai defisit yang sedang melanda saat ini.

“Harapan kami tentunya agar kunjungan Komisi X ini membawa angin segar untuk masyarakat Kepri. Saya memang selalu mengatakan jika potensi pariwisata di Kepri tidak ada matinya. Tidak seperti sektor pertambangan atau lainnya yang segera habis bahan bakunya,” kata Isdianto.