Selasa 24 Apr 2018 13:50 WIB

Kemenristekdikti: Bukan Dosen Asing, Tetapi Profesor Dunia

Orang Indonesia bisa mengikuti program ini asalkan mengajar di luar negeri.

Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristekdikti Profesor Dr Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D.
Foto: Dompet Dhuafa
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristekdikti Profesor Dr Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi menegaskan, tidak mengundang dosen asing untuk mengajar di kampus-kampus di Tanah Air. Namun, dia mengatakan, pemerintah akan mengundang profesor kelas dunia.

Profesor kelas dunia tersebut didatangkan ke Tanah Air dalam rangkaian program World Class Professor (WCP). "Bukan dosen asing, tetapi profesor kelas dunia,” kata Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemristekdikti Ali Ghufron Mukti di Jakarta, Selasa. 

Ghufron membantah pernyataan banyak pihak yang menyebutkan bahwa dosen asing yang didatangkan tersebut murni berkewarganegaraan asing. “Orang Indonesia pun bisa mengikuti program ini, asalkan dia mengajar di universitas di luar negeri dan mempunyai koneksi dengan peraih Nobel," kata dia.

Pada tahun sebelumnya, para profesor tersebut hanya berada di Tanah Air maksimal satu bulan. Mulai tahun ini, keberadaan mereka diperpanjang hingga dua tahun, tergantung permintaan perguruan tinggi yang mengajukan.

"Perguruan tinggi yang mengajukan minimal akreditasinya B. Saat ini sudah ada 70 perguruan tinggi yang mengajukan keinginan untuk mengundang profesor," katanya.

Para profesor tersebut akan membantu perguruan tinggi dalam meningkatkan penelitiannya dan juga menulis jurnal internasional. Selain itu, kata Ghufron, para profesor itu diminta untuk mentransfer pengetahuan kepada dosen-dosen di Tanah Air.

Untuk gaji, kata Ghufron, tergantung pada pengajuan kampus. Kemenristekdikti membatasi maksimal gaji para profesor tersebut sebanyak 4.000 dolar Amerika Serikat atau Rp 52 juta.

"Gajinya bisa mulai dari nol hingga maksimal 4.000 dolar Amerika Serikat," cetus dia.

Keberadaan profesor kelas dunia tersebut harus bisa menghasilkan jurnal bereputasi internasional serta dana internasional untuk penelitian. Pada tahun ini, Kemristekdikti berencana mendatangkan sebanyak 200 profesor kelas dunia ke Tanah Air.

Pada tahun sebelumnya, profesor kelas dunia yang hadir ke Indonesia banyak berasal dari Jepang. Menariknya, sejumlah ilmuwan diaspora Indonesia yang sudah meniti karier akademik di luar negeri juga ikut ambil bagian pada program ini.

Tahun lalu, terdapat 26 dosen asal Jepang, disusul Amerika, Australia, Malaysia dan Prancis. Ada juga dua dari Tiongkok dan dua orang dari Arab Saudi. 

“Saya juga mengapresiasi para ilmuwan diaspora kita yang sangat antusias pada program ini, seperti Saudara Hadi Susanto dan Saudara Oki Muraza, ada beberapa lagi, serta nama perempuan Indonesia tetapi tidak hafal semua namanya," kata Ghufron.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement