Kamis 19 Apr 2018 23:45 WIB

Penanganan Demensia Perlu Lintas Sektor

Peningkatan populasi yang menua berkontribusi terhadap tingginya insidensi demensia.

Ilustrasi Demensia
Foto: pixabay
Ilustrasi Demensia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penanganan penyakit demensia di Indonesia harus menyinergikan program kerja dan koordinasi lintas sektor guna mengendalikannya. Hal itu diungkapkan pakar neurologi Dr. Dr Yuda Turana SpS.

"Tantangan implementasi di Indonesia adalah masalah koordinasi lintas program dan sektor dalam pengendalian demensia masih tingginya faktor risiko vaskuler," kata Yuda di Jakarta, Kamis (19/4).

Yuda mengatakan kecenderungan peningkatan populasi yang menua seluruhnya berkontribusi terhadap tingginya insidensi demensia.

Yayasan Alzheimer's Indonesia (ALZI) dan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya mendapat kesempatan meluncurkan program penelitian skala global bertajuk Strengthening Responses to Dementia in Developing Countries (STRiDE) setelah resmi diluncurkan secara global di London, Maret lalu.

Program STRiDE bertujuan untuk membangun dan memperkuat kapasitas para peneliti di berbagai negara berkembang, dan akan melibatkan tujuh negara, yaitu Afrika Selatan, Brazil, India, Indonesia, Jamaika, Kenya, dan Meksiko.

"Program penelitian STRiDE ini akan menjawab berbagai tantangan tersebut. Program penelitian yang akan berlangsung selama empat tahun hingga tahun 2021 ini akan mendukung implementasi Rencana Aksi Nasional Demensia dan pengembangan berbagai kebijakan nasional untuk menanggapi semakin meningkatnya jumlah lansia dan orang dengan demensia di Indonesia," papar Yuda yang juga merupakan Pembina Yayasan Alzheimers Indonesia.

Dia menerangkan langkah kerja sama penelitian STRiDE  merupakan bagian dari perhatian Unika Atma Jaya pada kebijakan publik. Unika Atma Jaya memiliki Institute of Public Policy (IPP) yang mengarusutamakan penelitian kebijakan publik di Indonesia.

Peneliti Indonesia Research on Ageing (InResAge) dari Universitas Trisakti, AP Dr. dr. Nugroho Abikusno, MSc, DrPH menyampaikan Indonesia akan  mendapatkan bonus demografi yang menjadi keuntungan.

Saat ini, setiap 12 orang lansia didukung oleh 100 orang usia produktif. Menurutnya, ini adalah momen yang tepat untuk mengembangkan berbagai infrastruktur dan sumber daya manusia yang ramah untuk seluruh usia, termasuk untuk lansia dan orang dengan demensia. Pengembangan ini harus fokus di lingkungan dan komunitas sekitar rumah.

"Tantangan utama untuk mewujudkan Indonesia ramah lansia dan demensia adalah perlunya respon yang cepat dan tepat dari pemerintah untuk implementasi kebijakan dan program ramah lansia di tingkat nasional dan regional.

Menurut dia juga perlu penguatan komunitas ramah lansia untuk menjawab permasalahan di tingkat lokal seperti kebutuhan akan infrastruktur dan perawat untuk orang dengan demensia dan lansia yang sakit, serta pengembangan social businesses untuk mendukung kebutuhan yang muncul dari meningkatnya jumlah lansia di Indonesia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement