Senin 09 Apr 2018 19:02 WIB

Kampus Habibie di Jerman Bangun Laboratorium di UGM

RWTH Aachen merupakan salah satu bagian penting perkembangan teknologi di Jerman

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Peresmian Laboratorium Ceciro hasil kerja sama RWTH Aachen University dan Universitas Gadjah Mada di Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, UGM, Senin (9/4).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Peresmian Laboratorium Ceciro hasil kerja sama RWTH Aachen University dan Universitas Gadjah Mada di Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, UGM, Senin (9/4).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Teknologi Rhein Westfalen Aachen atau yang lebih dikenal RWTH Aachen menjalin kerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM). Kerja sama dilaksanakan melalui pembangunan Laboratorium Cicero di Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, UGM.

RWTH Aachen sendiri merupakan salah satu bagian penting perkembangan teknologi di Jerman, khususnya Jerman Barat. Namun, RWTH Aachen banyak dikenal masyarakat Indonesia sebagai salah satu tempat jenius bernama Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie pernah mengasah ilmunya.

Ya, pada 1955-1965, BJ Habibie melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang di RWTH Aachen. Ia menerima diploma ingenieur pada 1960 dan doktor ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.

Dekan Fakultas Teknik, Nizam menuturkan, Aachen sepakat untuk menempatkan alat-alat paling modern dari berbagai bidang penelitian. Rencananya, laboratorium itu akan digunakan untuk penelitian dalam bidang sumber daya alam, lingkungan dan kebencanaan.

"Kalau kita rupiahkan sekitar 13 sampai 14 miliar rupiah," kata Nizam kepada Republika, Senin (9/4).

Selain itu, perwakilan-perwakilan Aachen telah pula melakukan kunjungan ke delapan departemen yang ada di Fakultas Teknik. Melihat antusiasmenya, Nizam berharap kerja sama depat pula dilaksanakan dalam departemen-departemen lain di UGM.

Laboratorium Ceciro terdiri dari alat laboratorium dan alat lapangan. Alat laboratorium bisa digunakan untuk meneliti bebatuan, campuran logam dan lain-lain, dan alat lapangan yang salah satunya LS Faro Laser untuk scan retakan pada gedung ata tanah pasca gempa.

Bahkan, ada alat elementer yang dapat digunakan meneliti kandungan organik karbon seperti sulfur, dan jadi satu-satunya yang dimiliki Asean. Alat itu aplikasinya dapat digunakan untuk meneliti lingkungan.

Ada pula Gama Spektro Meter, yang dapat digunakan mengukur aktivitas radio dari gama potasium dan sebagainya. Prinsipnya, alat yang ditempatkan di Laboratorium Ceciro ini merupakan alat-alat yang dapat digunakan di berbagai bidang.

Nantinya, penggunaan laboratorium tidak untuk UGM saja melainkan perguruan-perguruan tinggi dan pusat penelitian lain. Tapi, laboratorium memang hanya boleh digunakan untuk kerangka penelitian saja.

"Berharap kolaborasi ini bisa berkelanjutan untuk menjawab berbagai permasalahan yang ada, baik masalah-masalah lokal sampai masalah-masalah global," ujar Nizam.

Kepala Divisi Penelitian dan Teknologi Kedutaan Besar Jerman untuk Indonesia, Svann Langguth mengingatkan, Indonesia dan Jerman memang memiliki hubungan yang sanga erat. Bahkan, tahun depan merupakan 40 tahun hubungan bilateral Indonesia dan Jerman.

Ia mengenang, salah satu pemicu peningkatan pesat kerja sama Indonesia dan Jerman tidak lain saat terjadi bencana Tsunami di Indonesia. Setelah itu, berbagai kerja sama dilakukan seperti untuk pasokan antibiotik.

Selain itu, kerja sama seperti bidang-bidang kebencanaan, lingkungan dan geologi selama ini terus terjalin dengan baik. Karenanya, ia berharap, ke depan semakin banyak kerja sama yang dapat dilakukan Indonesia dan Jerman. "Sebab, sangat banyak potensi yang bisa dikembangkan," kata Langguth. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement