REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asian Games ke-17 yang digelar pada 2014 di Incheon, Korea Selatan, lebih memilih untuk menunjukkan identitas keragaman Asia. Penggunaan slogan "Diversity Shines Here" juga diresmikan untuk merepresentasikan dan menyoroti pentingnya keragaman yang luar biasa di Asia dalam sejarah, budaya, dan agama.
Bendera-bendera negara partisan dibentangkan tinggi-tinggi. Asian Games ke-17 ini menggemakan kalimat dalam bahasa Korea, "Pyeonghwaui sumgyeol, asiaui mirae" atau Breath of Peace, Future of Asia, sebagai simbol perdamaian Asia.
Tidak dimungkiri, Korea Selatan kala itu juga tetap menggaungkan perdamaian dengan Korea Utara. Ini adalah ketiga kalinya Korea Selatan menyelenggarakan Asian Games setelah 2002 di Busan dan edisi 1986 Seoul.
Kompetisi diadakan dari 19 September hingga 4 Oktober 2014, meskipun ada sejumlah pertandingan yang telah dimulai dari 14 September. Sekitar 9.501 atlet berpartisipasi untuk 36 cabang olahraga dengan 439 nomor yang dipertandingkan.
Cina menjadi peraih medali terbanyak diikuti tuan rumah Korea Selatan dan Jepang, sementara Kamboja memenangkan medali emas pertama di Asian Games.
Kontingen Indonesia datang dengan jumlah atlet cukup besar, 186 orang. Terdiri dari 115 atlet putra dan 71 atlet putri.
Jumlah itu masih ditambah lagi dengan 78 orang pelatih dan manajer. Para atlet Indonesia bertanding dalam 23 cabang olahraga. Sayangnya, target menembus 10 besar dari daftar perolehan medali belum berhasil dipetik kontingen Tanah Air.
Target itu sejatinya lebih tinggi dibandingkan prestasi di Asian Games sebelumnya, kala Indonesia hanya berada di peringkat ke-15 dengan mengumpulkan empat emas, sembilan perak, dan 14 perunggu. Adapun di Asian Games 2014 ini, Indonesia justru turun peringkat menjadi ke-17 dengan empat medali emas, lima perak, dan 11 perunggu.
Secara umum, Asian Games 2014 dianggap sukses dengan biaya yang efisien dan dengan meningkatnya standar kompetisi di antara negara-negara Asia.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
