Senin 26 Mar 2018 16:13 WIB

FAGI Kota Bandung Laporkan Dugaan Kebocoran Soal USBN

Semua siswa selalu memanggil dengan sebutan Kaka pada penyebar soal.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Forum Aksi Guru Independen (FAGI) Kota Bandung, melaporkan dugaan temuan kebocoran soal pada Komisi V DPRD Jabar, Senin (26/3).
Foto: Republika/Arie Lukihardianti
Forum Aksi Guru Independen (FAGI) Kota Bandung, melaporkan dugaan temuan kebocoran soal pada Komisi V DPRD Jabar, Senin (26/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Forum Aksi Guru Independen (FAGI) Kota Bandung, melaporkan dugaan kebocoran soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) ke Komisi V DPRD Jabar, Senin (26/3). Menurut Ketua FAGI Kota Bandung yang juga Anggota Dewan Pendidikan Jabar, Iwan Hermawan, pihaknya mendapatkan laporan ada soal USBN dan kunci jawaban beredar.

 

Dari laporan itu, FAGI pun membuat tim investigasi dan masuk ke grup WA dan line yang dibuat untuk mendistribusikan soal dan jawaban tersebut. Ternyata, info tersebut benar dan timnya bisa mendapatkan bukti tersebut. "Hari ini, kami menyampaikan ke Disdik dan Komisi V semua bukti kebocoran soal tersebut," ujar Iwan.

Sekarang, kata Iwan, semua pihak tinggal mencari orang yang menyebarkan soal dan kunci jawaban tersebut. Karena, sudah jelas ada nomor dan orangnya.

"Terakhir kan USBN besok, jadi biarkan tenang dulu. Sambil semua mencari siapa yang meracuni semua siswa tersebut," katanya.

Menurut Iwan, soal USBN tersebut bocor sejak hari pertama. Yakni, sosiologi, bahasa Indonesia dan agama. Semua paket soal, mengalami kebocoran. Bahkan, yang parah yang bocornya adalah kartu soal yang merupakan embrio sebelum jadi soal.

"Di grup WA dan Line tersebut, semua siswa selalu memanggil dengan sebutan Kaka pada penyebar soal," katanya.

Iwan menduga penyebaran soal dan kunci jawaban ini tak hanya terjadi di Kota Bandung. Karena, dengan adanya media sosial (Medsos) info seperti ini bisa menyebar dalam waktu cepat. "Jadi kemungkinan se-Jabar. Karena anggota grup WA-nya ratusan," katanya.

Iwan menilai, pendistribusian soal secara softcopy dari sisi keamanan selama perjalanan memang lebih rentan. Berbeda kalau yang diberikan hard copy dan baru diagandakan disekolah.

"Saya juga memberikan rekomendasi ke pusat, agar soal sekian persen diserahkan ke sekolah jangan semuanya dibuat pusat. Jadi, kalau bocor ya hanya se-Kota Bandung atau se-Jabar saja," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement