Selasa 20 Mar 2018 17:25 WIB

Ada 625 Sekolah Inklusi di Banyumas

Selain di sekolah umum, di Banyumas juga ada 4 SLB

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah murid mengikuti pelajaran di paud inklusif / Ilustrasi
Foto: Antara/Budi Chandra
Sejumlah murid mengikuti pelajaran di paud inklusif / Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  PURWOKERTO -- Menyusul pencanangan Kabupaten Banyumas sebagai Kabupaten Inklusi pada tahun 2016 silam, jumlah sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusi di wilayah tersebut tercatat cukup banyak. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Purwadi Santoso, menyebutkan saat ini ada sebanyak 625 sekolah di Kabupaten Banyumas yang menyelenggarakan pendidikan inklusi.

Dari 625 sekolah penyelenggara pendidikan inklusi tersebut, Purwadi menyebutkan, untuk tingkat PAUD/TK ada 36 unit, SD/MI ada 540 unit, SMP/MTs ada 42, dan tingkat SMA/MA/SMK ada 3 unit. ''Selain di sekolah umum, di Banyumas juga ada 4 SLB,'' jelasnya saat saat menghadiri acara Gebyar Pendidikan Inklusi 2018 di Alun-Alun Kota Lama Kecamatan Banyumas, Selasa (20/3).

Sedangkan mengenai jumlah guru pembimbing khusus, disebutkan ada sebanyak 1.344 orang. Mereka terdiri dari 72 guru di sekolah PAUD/TK, 1.080 guru di SD/MI, 126 guru di tingkat SMP/MTs, 3 orang guru di tingkat SMA/MA/SMK, dan 63 guru yang mengajar di SLB.

Mengenai jumlah pelajar yang masuk kategori ABK, Purwadi menyebutkan, dari data tahun 2017 tercatat ada 2.524 anak. Dari jumah itu, sebanyak 81 anak masih sekolah di tingkat PAUD/TK, 1.899 anak belajar di SD/MI, 57 anak belajar di SMP/MTs, empat pelajar sekolah di tingkat SMA/MA/SMK, dan 483 anak belajar di SLB.

Purwadi menyebutkan, kegiatan Gebyar Pendidikan Inklusi yang digelar setiap tahun dimaksudkan untuk mengevaluasi hasil-hasil program tahun sebelumnya dan perencanaan program tahun berikutnya. ''Kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai ajang sosialisasi mengenai pentingnya perhatian pada anak-anak berkebutuhan khusus agar bisa mendapatkan akses pendidikan,'' jelasnya.

Plt Bupati Banyumas Budhi Setiawan yang hadir dalam acara tersebut, masalah pendidikan anak berkebutuhan khusus memang perlu mendapat perhatian dan penanganan khusus. Untuk itu, dia menyampaikan apresiasi pada para guru dan jajaran kependidikan yang selama ini telah memberikan layanan kepada siswa-siswi berkebutuhan khusus.

''Di masa kecil dulu, siswa-siswa kategori ABK sering kali mendapat olok-olok sehingga banyak yang akhirnya keluar dari sekolah. Sekarang ini, penerimaan masyarakat pada ABK sudah jauh lebih baik sehingga patut kita syukuri bersama,'' katanya. n eko widiyatno

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement