Selasa 06 Mar 2018 14:22 WIB

Surabaya Miliki 1.430 Titik Layanan Akseliterasi

Titik akseliterasi ini terdiri dari perpustakaan, Taman Baca Masyarakat, dll

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah anak-anak mengikuti kegiatan belajar sambil bermain yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Keliling / ilustrasi
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah anak-anak mengikuti kegiatan belajar sambil bermain yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Keliling / ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA-- Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya Wiwiek Widayati mengungkapkan, saat ini Pemkot Surabaya memiliki 1.430 titik layanan akseliterasi. Titik akseliterasi ini terdiri dari perpustakaan, Taman Baca Masyarakat (TBM), Paket seperti layanan mobil keliling, dan program pendampingan mulai dari SD, SMP, Madrasah hingga pondok pesantren.

 

Kesemuanya itu, lanjut Wiwiek, sebagai komitmen Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk terus berupaya menumbuhkan minat baca masyarakat di Kota Pahlawan. Wiwiek berharap, keberadaan titik layanan literasi ini menjadi ruang positif yang mampu meminimalisir dampak negatif dari perkembangan ilmu teknologi, yang saat ini banyak disikapi secara berlebihan.

 

"Titik layanan akselitarasi ini, tersebar di seluruh Kota Surabaya, seperti berada di taman, Balai RW, rumah sakit, sekolah, instansi,  rumah susun, terminal, dan bahkan layanan kita juga ada di lingkungan pondok sosial keputih Surabaya (Liponsos)," kata Wiwiek di Surabaya, Senin, (6/3).

 

Wiwiek menjelaskan, di TBM, selain terdapat layanan sirkulasi peminjaman dan pengembalian buku, Pemkot Surabaya juga mengadakan aktivitas layanan literasi lainnya. Yakni, melayani bimbingan belajar (Bimbel) untuk anak-anak, Story Telling, membuat keterampilan, menggambar dan bermain alat edukatif lainnya. 

 

"Kita juga punya program baru yaitu liga literasi dan Branding TBM. Selain itu, kita juga melayani paket di Panti Asuhan, TK dan Yayasan, dan semua layanan ini bersifat gratis," ujar Wiwiek.

 

Wiwiek merasa titik-titik layanan akseliterasi ini cukup optimal dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Bahkan, keberadaan TBM saat ini tidak hanya dimanfaatkan oleh anak-anak, tapi juga para remaja dan orang tua.

 

"Seperti ibu-ibu yang ingin mendapatkan informasi bagaimana mengembangkan UKM mereka, ada juga yang ingin belajar cara bercocok tanam. Hal-hal seperti ini lah yang menjadikan TBM sangat dibutuhkan," kata Wiwiek.

 

Di masing-masing TBM, kata Wiwiek, setiap dua kali dalam 1 bulan terdapat aktivitas yang bernama Aksi Literasi Taman Baca. Pelaksanaannya pada minggu ketiga dan keempat dalam suatu bulan. Yaitu, kegiatan literasi gabungan TBM di satu wilayah dalam satu kecamatan.

 

"Ini juga termasuk upaya kita untuk investasi jangka panjang, bagaimana kita juga membangun habit daripada masyarakat di sekitar titik layanan ini," kata Wiwiek.

 

Wiwiek mengungkapkan, data kunjungan titik layanan literasi yang tersebar di Kota Surabaya selama tahun 2016 sebanyak 4 juta pengunjung. Sedangkan tahun 2017, data kunjungan mencapai 5 juta pengunjung. Peningkatan angka inilah yang menjadikan parameter utama, bahwa titik layanan literasi sangat dibutuhkan hadir ditengah masyarakat.

 

Pemkot Surabaya juga mengadakan aktivitas kelas literasi setiap hari sabtu, tempatnya di Balai Pemuda Surabaya, yang terbagi menjadi dua kelas. Yakni, kelas mendongeng dan kelas melukis.

 

"Untuk kelas literasi dibuka setiap hari Sabtu, mulai pukul 13.00 WIB sampai 15.00 WIB, yang bekerjasama dengan komunitas penggiat literasi," ujar Wiwiek.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement