Jumat 23 Feb 2018 17:44 WIB

Pratikno Paparkan Revolusi Industri 4.0 di UGM

Penting memiliki kemampuan mengelola inovasi-inovasi yang sudah mulai muncul.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno, mengisi kuliah umum di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.  Mengisi kuliah bertajuk Digital Economy, Pratikno memaparkan materi berjudul Revolusi Industri 4.0, Jum'at (23/2).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno, mengisi kuliah umum di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Mengisi kuliah bertajuk Digital Economy, Pratikno memaparkan materi berjudul Revolusi Industri 4.0, Jum'at (23/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno, mengisi kuliah umum di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM). Dalam materinya, ia memaparkan pentingnya kesiapan diri menyongsong Revolusi Industri 4.0 yang sudah ada di depan mata.

Kuliah umum dibuka sambutan Ketua Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Sarjiya, serta Dekan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Nizam. Keduanya sama-sama menekankan pentingnya mahasiswa teknik memiliki pemahaman teknik digital economy.

Seminar turut dipandu Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal. Diselenggarakan di Ruang Sidang Kantor Pusat Fakultas Teknik UGM, kuliah umum dihadiri ratusan mahasiswa lintas departemen di Fakultas Teknik UGM.

Dalam materinya, Pratikno menekankan betul kemajuan-kemajuan yang mau tidak mau sudah tersaji dalam Revolusi Industri 4.0. Karenanya, penting memiliki kemampuan mengelola inovasi-inovasi yang sudah mulai muncul dalam berbagai aspek kehidupan manusia.

3D printing jadi salah satu contoh inovasi paling mutakhir yang dipaparkan Pratikno, yang turut membuat takjub mahasiswa-mahasiswa yang hadir. Pasalnya, apa yang bisa dilakukan 3D printing bisa dibilang merupakan hal-hal yang mustahil pada generasi lalu.

"Senjata misalnya, dengan 3D printing yang sudah ada di pasaran pun kita sudah bisa membuat senjata," kata Pratikno, Jumat (23/2).

Uniknya, senjata yang mampu dihasilkan 3D printing berbahan plastik, sehingga tidak akan terdeteksi sistem keamanan sederhana yang biasanya hanya mendeteksi logam dan metal. Maka itu, ia mengingatkan, setiap inovasi yang akan muncul memiliki paradoks.

"Ada kemanfaatan, tapi ada risiko yang harus dikelola," ujar mantan Rektor UGM tersebut.

Ia menekankan, akan selalu ada dua sisi yang muncul dari setiap inovasi-inovasi yang lahir dari berbagai aspek kehidupan manusia. Karenanya, Pratikno menegaskan, mempelajarai teknik meliputi pula isu etik, isu tanggung jawab dan isu moral.

Selain senjata, Pratikno memaparkan hasil-hasil 3D printing lain seperti baju, sampai masuk ke dunia kedokteran yang mungkin tidak pernah terpikirkan. Menurut Pratikno, inovasi 3D printing sudah bisa membuat organ-organ tubuh yang tintanya berasal dari sel-sel hidup.

Ginjal misalnya, yang ternyata pembuatannya menggunakan tinta berasal dari sel-sel pasien yang dikembangbiakkan menjadi tinta. Bahkan, lanjut Pratikno, itu sudah dicoba ke pasien yang ternyata mencapai keberhasilan.

Sejumlah 3D printing dari berbagai belahan dunia dipaparkan Pratikno. Ia mengingatkan, ini level yang sudah dicapai manusia dalam apa yang disebut Revolusi Industri 4.0, sehingga benar-benar dibutuhkan kesiapan manusia itu sendiri untuk menerimanya.

"Teknologi (3D printing) ini bisa merambah ke mana-mana, mendisrupsi apa saja, itulah teknologi yang disebut Revolusi Industri 4.0, dan kita harus siap dengan implikasinya yang disebut disruptif tadi," kata Pratikno.

Untuk itu, ia mengingatkan jika mahasiswa-mahasiswa teknik yang akan menciptakan inovasi-inovasi itu harus memiliki pemahaman yang luas. Karenanya, dibutuhkan kolaborasi yang akan membuat ilmu-ilmu yang ada memliki makna bagi kehidupan manusia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement