Jumat 05 Jan 2018 20:59 WIB

Ini Cara Mahasiswa Unindra Lawan Hoaks

Lawan hoaks, mahasiswa Unindra luncurkan buku karya jurnalistik.
Foto: Dok Unindra
Lawan hoaks, mahasiswa Unindra luncurkan buku karya jurnalistik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berita bohong atau hoaks yang beredar di masyarakat tentu tidak dapat dibiarkan, bahkan harus dilawan. Caranya, dapat dilakukan dengan memperkuat jurnalisme warga khususnya di kalangan mahasiswa. Melalui jurnalistik, mahasiswa dapat merealisasikan idealisme melalui berita atau tulisan.

Berangkat dari realitas tu, mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) meluncurkan buku kumpulan karya jurnalistik Cerita Bibir di Atas Tangan di Kampus Unindra Jakarta, Rabu (3/1).

Buku ini merupakan representasi proses jurnalistik yang dialami mahasiswa melalui proses belajar, meliput, menulis, dan memublikasikan dengan cara yang benar. Seluruh berita yang disajikan adalah hasil liputan mahasiswa berbentuk feature news.

“Berita bohong atau hoaks itu terjadi karena kita tidak mau mengecek atau terjun ke lapangan. Buku ini diluncurkan sebagai “perlawanan” terhadap hoaks. Semua berita yang ada merupakan hasil liputan mahasiswa secara langsung. Mereka yang merasakan dan mengalami, maka jadilah Cerita Bibir di Atas Tangan. Berita yang disajikan dengan jujur ada di buku ini" ujar Syarifudin Yunus, dosen pengampu Jurnalistik Universitas Indraprasta PGRI dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (5/1).

Ia menambahkan, dinamika jurnalistik warga yang pesat, menuntut mahasiswa harus paham cara kerja jurnalistik, di samping harus mampu berproses sehingga menjadi terampil dalam menulis jurnalistik.

Hal itu karena jurnalistik adalah media untuk berbagi peristiwa penting dan informasi yang layak diketahui publik. “Melalui sikap kritis, peliputan, dan reportase, mahasiswa dituntut untuk menulis fakta dengan baik,” ujar lelaki yang akrab dipanggil Syarif itu.

Menurut Syarif, berita sebagai produk jurnalistik bukanlah aktivitas yang bersifat instan. Tapi, kegiatan yang menantang  dan butuh keterampilan. Maka proses jurnalistik harus dilandasi pengetahuan yang cukup dan praktik yang memadai. Sehingga, berita dapat dipertanggungjawabkan, bukan berita bohong.

“Buku ini menjadi potret  aktivitas jurnalistik mahasiswa yang mampu mencerdaskan dan memberdayakan informasi dan berita yang disajikan. Tidak boleh ada siasat dalam jurnalistik karena akan menyesatkan. Berbuat untuk jurnalistik itu ibarat parasut, tak akan bekerja bila tak terbuka,” tuturnya.

 

Maka, kata Syarif,  di era jurnalisme warga seperti sekarang, semua pihak dan mahasiswa harus peduli terhadap jurnalistik. Agar tahu teknik mengelola berita dengan benar, dari mulai meliput hingga menuliskannya.

“Karenanya, belajar jurnalistik tidak cukup hanya teori. Tapi, butuh praktik dan terjun ke lapangan untuk menyajikan fakta secara benar,” ujar Syarifudin Yunus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement