Ahad 26 Nov 2017 04:03 WIB

Harus Ada Aturan Lindungi Pemain Muda dari Match Fixing

Rep: Fitriyanto/ Red: Ratna Puspita
Pebasket Satria Muda Pertamina Jakarta Audy Bagastyo Arizanugra (kiri) mendribbling bola dibayangi Pebasket Siliwangi Bandung Rizky Lyandra  (kanan) pada Pertandingan PERBASI Cup 2017 di Britama Sport Hall, Jakarta, Selasa (7/11).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Pebasket Satria Muda Pertamina Jakarta Audy Bagastyo Arizanugra (kiri) mendribbling bola dibayangi Pebasket Siliwangi Bandung Rizky Lyandra (kanan) pada Pertandingan PERBASI Cup 2017 di Britama Sport Hall, Jakarta, Selasa (7/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengungkapan pengaturan skor pertandingan atau match fixing oleh Perbasi yang melibatkan delapan pemain dan 1 ofisial mengejutkan banyak pihak. Banyak juga yang memuji langkah Perbasi yang terhitung berani ini. 

Sebab, isu seperti ini sebenarnya sudah lama ada, namun baru sekarang dapat dibuktikan. Mantan pebasket nasional Bambang Hermansyah meminta agar Perbasi membuat aturan untuk melindungi pemain muda. 

“Olahraga basket adalah salah satu cabang yang digemari generasi muda. Jangan sampai mereka nanti diracuni dengan tindakan match fixing, Perbasi harus membuat aturan yang tegas masalah ini,” ujar dia kepada Republika, Sabtu (25/11). 

Bambang mengatakan kemungkinan terjadi match fixing tidak hanya di liga basket professional seperti Indonesian Basketaball League saja, namun juga liga lain di bawahnya. Termasuk liga antarpelajar, mahasiswa dan kelompok umur. 

“Kita semua harus melindungi generasi muda dari kagiatan match fixing,” kata dia.

Bambang yang juga kakak dari mantan pebulu tangkis nasional, Ali Budimanysah, ini menyatakan, kemungkinan match fixing yang melibatkan pemain terjadi saat liga sudah disiarkan internet atau live streaming. “Saya dengar sejak liga ini sudah disiarkan langsung oleh internet, di sanalah bandar-bandar dan rumah judi berpeluang masuk ke dalam liga tersebut,” ujar dia. 

Bambang melanjutkan ketika dia masih menjadi pemain, perjudian dalam pertandingan basket memang sudah ada. Namun, menurut dia, ketika itu hanya melibatkan penonton saja, misalnya di antara mereka saling bertaruh. 

Namun, menurut Bambang, pertandingan tetap normal, tidak ada pemain yang terlibat dalam pengaturan skor. Bambang yang saat ini menjadi pegawai negeri sipil di Kemenpora memberi masukan agar pPerbasi dan pengelola liga juga memperhatikan sponsor. 

Jangan sampai, dia mengatakan, menjadikan rumah judi sebagai sponsor karena akan menjadi pintu masuk terjadinya pengaturan skor. “Kita memang butuh sponsor, tetapi hendaknya harus selesktivmemilih sponsor. Karena perjudian di negara kita hal yang terlarang. Kita bisa mengemas basket menjadi sebuah industri, bagaimana kretivitas pelaku industrinya saja,” kata Bambang.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement