Sabtu 25 Nov 2017 07:43 WIB

Hari Guru Nasional, Belajar Keikhlasan kepada Guru Madrasah

Ustaz dan ustazah bersama siswa sekolah madrasah.
Foto: Dok SMP Cendekia Baznas
Ustaz dan ustazah bersama siswa sekolah madrasah.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR - Selain sekolah di bawah pengelolaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), terdapat sinstitusi pendidikan yang dikelola oleh Kementerian Agama (Kemenag) yakni madrasah. Saat ini,  sebagian besar madrasah sekitar 92,1 persen  (45.451) adalah madrasah swasta, hanya 7,9  persen  (3.886) saja yang merupakan Madrasah Negeri.

“Madrasah-madrasah ini menjadi katup pengaman anak-anak kita saat ancaman putus sekolah di depan mata,” kata Kepala SMP Cendekia Baznas, Sri Nurhidayah  dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (24/11).

Ia mengutip data EMIS Pendis (Education Management Information System) Kemenag ada lebih dari 6 juta anak bersekolah di madrasah swasta (Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah). “Dengan lebih dari 110 ribu guru non-Pegawai Negeri Sipil (PNS),” ujarnya.

Ia menambahkan, para guru madrasah, khusunya madrasah swasta, yang biasa dipanggil ustaz (untuk laki-laki) dan ustazah (untuk perempuan) mengajar betul-betul mengharap keberkahannya. Madrasah swasta ini sebagian menggratiskan atau meminta bayaran semampunya kepada anak didiknya. “Tidak ada demo soal upah minimun, meski biasanya mereka harus banyak merangkap mengajar mata pelajaran,” tuturnya.

Ada satu kisah di sebuah madrasah swasta yang berjarak sekitar 10 km dari SMP Cendekia Baznas Cibungbulang,  Bogor, Jawa Barat. Ustaz Nasir namanya. Selama 33 tahun, sarjana pendidikan Islam ini menjadi guru honorer di sebuah madrasah swasta.

“Pergi mengajar dengan naik ojeg bahkan lebih sering berjalan kaki beliau lakoni. Prinsip hidup pengabdian adalah ibadah menjadi motivasi Ustaz Nasir,” paparnya.

Menyambut Hari Guru Nasional yang jatuh pada 25 November 2017, hari ini, siswa SMP Cendekia Baznas berkunjung ke madrasah-madrasah swasta di sekitar lokasi sekolah untuk memberikan bingkisan. Hal itu sebagai  rasa hormat mereka kepada ustaz/ustazah.

“Tidak banyak bingkisan yang kami berikan, namun ini adalah upaya kecil untuk mengingat bahwa saat kita merayakan hari guru dengan berbagai acara pelatihan maupun seremonial lainnya, maka kebijakan untuk berpihak pada guru akan menjadi sebuah sedekah terbaik yang dinantikan ribuan pejuang pendidikan di madrasah. Hormat kami untuk ustaz/ustazah,” tutur Sri Nurhidayah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement