Kamis 23 Nov 2017 16:00 WIB

PRSI Optimistis Akhiri Paceklik Medali di Asian Games 2018

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Endro Yuwanto
Peserta seleknas renang PRSI.
Foto: Istimewa
Peserta seleknas renang PRSI.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) optimistis bisa mengakhiri paceklik medali pada Asian Games 2018. Ketua Umum PRSI Anindya Bakrie mengatakan, PRSI telah melakukan upaya untuk mengakhiri puasa medali tersebut dengan menggelar uji coba menjelang Asian Games 2018.

"Kami berharap kali ini paling tidak bisa mencuri medali," ujar Anindya ketika ditemui di Kantor Wakil Presiden, Kamis (23/11).

Cabang akuatik sudah 28 tahun mengalami paceklik medali pada ajang Asian Games. Cabang olah raga akuatik terakhir kali meraih medali berupa perunggu pada Asian Games 1990 di Cina. Medali itu dipersembahkan Richard Sambera (100 meter gaya bebas putra), Wirmadi Sugriat (200 meter gaya dada putra), dan tim putri (4x100 meter gaya bebas estafet).

Anindya mengatakan, PRSI telah menyiapkan atlet-atlet terbaiknya yang akan diterjunkan pada Asian Games 2018. Di antaranya I Gede Siman Sudartawa yang akan turun di nomor gaya punggung dan Indra Gunawan di nomor gaya dada. Tak hanya itu, atlet-atlet muda seperti Azzahra Permatahani dan Triadi Fauzy Siddiq juga diharapkan dapat mendulang prestasi di pesta olahraga se-Asia tersebut.

Pada ajang SEA Games 2017 lalu, cabang olah raga aquatic berhasil meraih empat emas, 13 perak, dan 17 perunggu. Namun, Anindya tidak ingin terlena dengan prestasi tersebut.

Anindya berharap, prestasi para atlet ditingkatkan dan bisa mengantongi medali di ajang Asian Games 2018. "Kami mesti meningkatkan prestasi ke depannya, yang tadinya di SEA Games dapet emas bisa terus dapet emas, yang dapet perak jadi emas, yang dapet perunggu jadi perak. Apalagi, di Asian Games ini jumlah negaranya lebih banyak, ada Cina, Korea, dan Jepang," kata dia.

Sebelumnya, pemerintah telah membubarkan Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) melalui penerbitan Perpres Nomor 95/2017 pada 19 Oktober 2017 lalu. Terbitnya perpres ini menandai secara resmi dibubarkannya Satlak Prima oleh pemerintah. Pembubaran ini guna memangkas jalur birokrasi yang belakangan dianggap berbelit-belit sehingga menghambat peningkatan prestasi atlet.

Menanggapi hal tersebut, Anindya mengatakan, PRSI akan selalu mendukung dan bekerja sama dengan pemerintah dalam memastikan perkembangan serta peningkatan prestasi para atlet. Menurut Anindya, pembubaran tersebut bukan berarti Satlak Prima tidak berhasil. Selama ini, Satlak Prima telah memberikan fasilitas yang mendukung prestasi atlet seperti sport science dan training center.

"Makin sedikit birokrasi semakin bagus, tapi kami juga enggak fair kalau mengatakan bahwa Satlak Prima selama ini tidak sepenuhnya berhasil karena menurut kami Satlak Prima banyak plus-nya dari sisi sport science, training center. Jadi ya kami harus akui itu juga," ujar Anindya menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement