Selasa 14 Nov 2017 21:35 WIB

Sejarawan: Belajar Sejarah Tingkatkan Daya Kritis Siswa

Diorama dan barang bersejarah di Museum Sumpah Pemuda, Jalan Kramat Raya 106, Kwitang, Senen, Jakarta Pusat.
Foto: Republika/Ronggo Astungkoro
Diorama dan barang bersejarah di Museum Sumpah Pemuda, Jalan Kramat Raya 106, Kwitang, Senen, Jakarta Pusat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejarawan Bonnie Triyawan mengatakan tujuan belajar sejarah tidak hanya sekedar menghapal nama tokoh dan waktu peristiwa terjadi tetapi untuk meningkatkan daya kritis siswa.

"Tujuan utama sejarah memang bukan sekadar menerima mana yang benar atau mana yang salah, tetapi lebih meningkatkan daya kritis siswa tentang sebab musababnya peristiwa," kata Bonnie saat Dialog Kesejarahan "Pemuda dan Merah Putih" di Kemendikbud, Jakarta, Selasa (14/11).

Dia mengatakan jika pelajaran sejarah hanya sebatas menghapal tahun dan tokoh maka siswa akan kehilangan konteks dari peristiwa tersebut. Menurut dia, alangkah baiknya para guru mengajak siswa berdiskusi dan menjelaskan sebab musabab terjadinya peristiwa tersebut.

"Jika anak sudah diajak berpikir kritis maka itu akan menjadi pelajaran berguna, para siswa memiliki cara berpikir kritis, logis dan rasional," kata dia.

Bonnie mengatakan tidak ada sejarah yang objektif, sejarah yang baik adalah yang memiliki intersubjektivitas. "Setiap generasi berhak menuliskan sejarahnya masing-masing, pada pemuda, belajar sejarah bukan karena kalian mau masuk jurusan sejarah, tetapi belajar untuk berpkir kritis sebagai modal bagi masa depan," kata dia. 

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement