Rabu 01 Nov 2017 09:23 WIB

Pola Asuh Pengaruhi Perilaku Remaja

Rep: Umi Nur Fadilah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pola pengasuhan orang tua Cina yang terlampau keras ternyata kurang berhasil, menurut studi di Amerika.
Foto: AP
Pola pengasuhan orang tua Cina yang terlampau keras ternyata kurang berhasil, menurut studi di Amerika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi pengembangan sumber daya manusia (SDM) AN Ubaedy mengingatkan pola asuh keluarga mempengaruhi perilaku remaja.

"Perilaku remaja dapat dilihat dari pola asuh seperti apa yang diterapkan orang tuanya," kata dia dikutip dari laman Sahabat Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Selasa (31/10).

Ubaedy mengatakan orang tua harus memahamkan aturan hidup di luar rumah pada anak usia nol hingga kelas III SD. Menurut dia, orang tua biasanya menerapkan pola asuh ektsrem keras atau ekstrem lunak. Namun, ia menyebut, keduanya kerap menimbulkan persoalan pada perilaku remaja.

Ia menjabarkan, bahasa psikologi menyebut pola asuh ekstrem keras sebagai authoritarian (otoritarian). Pola asuh ini, ia menjelaskan, membentuk anak seideal mungkin dengan kontrol ketat dari orang tua. Ia mengatakan, biasanya pola asuh otoritarian membuat anak bereaksi mencari kebebasan di luar.

Sementara, ia mengatakan, pola asuh ekstrem lunak disebut permisif. Pola asuh ini, yakni membiarkan anak berkembang sendiri, semua hal diperbolehkan, tidak melarang anak dengan alasan tak ingin ada percekcokan dan ketegangan.

Ubaedy berujar, pola asuh permisif membuat anak menganggap semua tempat di luar rumah seperti di rumahnya sendiri. Sebab, ia mengatakan, pola asuh ini membangun persepsi, hidup ini bebas.

Kendati demikian, Ubaedy menyebut ada jalan tengah antara kedua pola asuh ekstrem, yakni pola asuh authoritative (otoritatif). Ia menjelaskan pola asuh ini mengharuskan orang tua memberi patokan, pedoman, arahan kuat dan tegas pada anak. Namun, tetap memberi ruang kebebasan berkreasi, menumbuhkan kemandirian, dan rasa tanggung jawab pada anak.

Ia mencontohkan hal sederhana menerapkan pola asuh ini, yakni melatihan anak merapikan mainannya. Orang tua tegas meminta anak merapikan mainan. Namun, orang tua harus membiarkan anak mengambil caranya sendiri berkreasi melaksanakan tugas itu.

Ubaedy menyebut apabila anak terbiasa memahami kebebasan dan batasan di rumah, mereka cepat menemukan referensi atau bahan menilai keadaan di luar rumah. Namun, ia mengatakan, penerapan pola asuh otoritatif tidak mudah. Sebab, orang tua harus berpikir kreatif, butuh kesabaran dan kepedulian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement