Kamis 14 Sep 2017 06:02 WIB

Risiko di Balik Penggunaan Produk Pembersih Rumah Tangga

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
Alat pembersih rumah tangga.
Foto: Pixabay
Alat pembersih rumah tangga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produk desinfektan seperti pemutih dan pembersih peralatan rumah tangga memang sangat membantu dalam menjaga rumah tetap higienis. Namun, penggunaan produk pembersih ini ternyata juga menyimpan risiko tersendiri bagi penghuni rumah.

Produk-produk ini pada dasarnya mengandung zat kimia pembersih yang kuat. Penelitian menunjukkan bahwa paparan rutin zat-zat kimia pembersih ini dapat meningkatkan risiko penyakit paru obstuktif kronis (COPD) sebanyak 24 sampai 32 persen.

COPD adalah suatu kelompok masalah paru-paru yang menyebabkan terjadinya kesulitan bernapas. Beberapa kondisi yang termasuk COPD adalah Empisema (ada kerusakan pada kantung udara paru-paru) dan bronkitis kronis.

Sebelum mencapai kesimpulan tersebut, Dr Orianne Dumas dari French National Institute of Health and Medical Research dan tim melakukan penelitian terhadap lebih dari 55 ribu perawat AS yang kerap menggunakan produk desinfektan secara rutin dalam tugas sehari-hari. "Perawat yang menggunakan desinfektan untuk membersihkan sesuatu secara rutin, setidaknya satu minggu sekali, memiliki peningkatan risiko COPD sebesar 22 persen," ungkap Dumas seperti dilansir Daily Mail.

Salah satu senyawa yang dapat meningkatkan COPD adalah glutaraldehid. Glutaraldehid merupakan desinfektan kuat yang seringkali digunakan untuk membersihkan peralatan medis. Ada pula senyawa amonium kuartener (quats) yang biasanya digunakan sebagai desinfektan untuk membersihkan lantai dan furnitur rumah. Selain itu, paparan produk desinfektan yang mengandung zat pemutih, hidrogen peroksida dan alkohol juga dapat meningkatkan risiko COPD.

Meski penelitian ini dilakukan terhadap perawat, risiko COPD dapat menghantui beragam profesi lain yang kerap menggunakan produk pemutih maupun desinfektan secara rutin. Salah satunya adalah petugas kebersihan.

"Potensi efek merugikan dari paparan desinfektan terhadapp COPD masih belum mendapat banyak perhatian," sambung Dumas.

Dumas mengatakan temuan baru ini menambah bukti baru adanya hubungan antara paparan desinfektan dan masalah pernapasan. Temuan ini diharapkan dapat menyoroti pentinya menyusun pedoman terkait upaya pembersihan dan penggunaan desinfektan, khususnya di lingkungan layanan kesehatan seperti rumah sakit.

Terkait temuan ini, Dumas juga menilai perlu dilakukan penelitian lebih lajut. Penelitian lebih lajut bisa dilakukan untuk mengetahui dampak paparan zat kimia saat bekerja terhadap COPD. "Dan untuk mengetahui masing-masing peran dari tiap desinfektan yang spesifik," tegas Dumas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement