Senin 28 Aug 2017 20:31 WIB

Unindra Rintis Generasi Peneliti Bahasa dan Sastra

Suasana seminar presentasi ilmiah bertajuk “Menciptakan Generasi Muda yang Kritis, Kreatif, dan Inovatif melalui Penelitian” di kampus Unindra Jakarta, Senin (28/8).
Foto: Dok Unindra
Suasana seminar presentasi ilmiah bertajuk “Menciptakan Generasi Muda yang Kritis, Kreatif, dan Inovatif melalui Penelitian” di kampus Unindra Jakarta, Senin (28/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah makin maraknya ujaran dan dinamika bahasa di media sosial, sudah saatnya mahasiswa merintis generasi peneliti Bahasa dan Sastra  Indonesia. Tekad ini tercermin dalam acara seminar presentasi ilmiah bertajuk “Menciptakan Generasi Muda yang Kritis, Kreatif, dan Inovatif melalui Penelitian” yang diselenggarakan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) di Kampus Unindra Jakarta, Senin (28/8).

Pada acara yang dihadiri sekitar 200 mahasiswa dan 25 dosen itu, ada 12 mahasiswa peserta mata kuliah Penelitian Bahasa dan Sastra mempresentasikan proposal penelitian untuk menajamkan konten secara ilmiah. Tampil sebagai pembicara utama dalam seminar ini, Drs Syarifudin Yunus MPd (dosen  Unindra) yang menyajikan topik “Berpikir dalam Penelitian”.

“Saat ini dinamika bahasa dan ujaran dalam berbagai teks semakin marak. Kondisi ini harus diimbangi dengan hadirnya generasi peneliti bahasa dan sastra. Untuk itu, penelitian sebagai sebuah tradisi ilmiah di kampus harus dioptimalkan,” ujar Syarifudin Yunus dalam rilis Unindra yang diterima Republika.co.id, Senin (28/8).

Ia menambahkan, menyadari pentingnya keberadaan perguruan tinggi, Unindra bertekad meningkatkan aktvitas penelitian mahasiswa, di samping merintis “jalan untuk membangun tradisi ilmiah”. Kegiatan membaca, menulis, diskusi, presentasi, tanya-jawab, dan penellitian harus tetap hidup di lingkungan kampus.

“Di era milenial dan masa datang, mahasiswa wajib menjunjung tinggi sikap kritis (bertanya), kreatif (berbeda), dan inovatif (terobosan baru) sebagai landasan pentingnya cara berpikir ilmiah. Jika demikian, maka penelitian menjadi hal yang mudah dilakukan,” tuturnya.

Syarifudin menegaskan, Unindra menyadari tradisi ilmiah hanya akan hadir dari cara berpikir dan rasa ingin tahu yang diwujdukan dalam perbuatan ilmiah. Oleh karena itu, mau tidak mau, penelitian di kalangan anak muda harus menjadi tuntutan nyata, bukan lagi tontonan.

Menurut dia, hasil penelitian, pastinya akan dapat mengubah  keadaan ke arah yang lebih baik, khususnya bagi ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai bahasa nasional. “Menelitilah agar kita berpikir. Karena berpikir sangat menentukan kualitas,” ujar Syarifudin Yunus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement