Senin 28 Aug 2017 10:40 WIB

Liliyana Natsir Pecahkan Rekor Dunia

Pasangan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir meraih gelar juara dunia 2017 yang merupakan kedua kalinya bagi pasangan ini, Ahad (27/8). Bagi Liliyana Natsir, gelar ini merupakan gelar juara dunia keempat kalinya.
Foto: Humas PBSI
Pasangan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir meraih gelar juara dunia 2017 yang merupakan kedua kalinya bagi pasangan ini, Ahad (27/8). Bagi Liliyana Natsir, gelar ini merupakan gelar juara dunia keempat kalinya.

REPUBLIKA.CO.ID, GLASGOW -- Pasangan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir meraih gelar juara dunia kedua kalinya di Kejuaraan Dunia BWF 2017, Glasgow, Skotlandia, Ahad (27/8). Sebelumnya Tontowi/Liliyana menjadi juara dunia pada 2013 lalu.

Namun bagi Liliyana Natsir, gelar juara dunia ini merupakan yang keempat kalinya. Karena saat berpasangan dengan Nova Widianto, pasangan ini juga dua kali menjadi juara dunia yaitu pada 2005 dan 2007,

Dengan diraihnya gelar juara dunia keempat kalinya ini, maka Liliyana Natsir memecahkan rekor sebagai pemain putri peraih gelar juara dunia di satu nomor terbanyak di dunia. Pemain putri Cina, Zhao Yunlei meraih gelar juara dunia tiga kali di ganda campuran.

Selain di ganda campuran, Zhao Yunlei juga meraih gelar juara dunia di ganda putri sebanyak dua kali. Di ganda putri sendiri, juara dunia terbanyak masih dipegang Yu Yang dan pasangan Gao Ling/Huang Shui dengan tiga kali juara dunia.

Prestasi Liliyana dengan menjadi juara dunia sebanyak empat kali di satu nomor juga menyamai prestasi pasangan ganda putra Cina, Cai Yun/Fu Haifeng dengan empat kali juara dunia. Liliyana masih berpotensi untuk meraih gelar juara dunia lagi paling tidak dalam dua tahun ke depan dan bisa tercatat sebagai pemain terbanyak peraih gelar juara dunia di satu nomor.

Sedangkan di Indonesia, Liliyana juga menahbiskan diri sebagai pemain peraih gelar juara dunia terbanyak. Selama ini, Liliyana Natsir dan Hendra Setiawan sama-sama pemegang tiga kali juara dunia. Hendra Setiawan menjadi juara dunia pada 2007 bersama Markis Kido serta pada 2013 dan 2015 berpasangan dengan Mohammad Ahsan.

Jika Ahsan yang berpasangan dengan Rian Agung Saputra bisa memenangkan laga final Ahad (27/8) lalu, maka Ahsan akan menyamai prestasi Hendra Setiawan. Sayangnya Ahsan/Rian kalah di tangan pasangan Cina, Zhang Nan/Liu Cheng.

“Kami tidak mau memikirkan soal memenangkan gelar juara dunia lagi. Kami hanya bermain, mengikuti strategi dari pelatih, walaupun di awal permainan kami sempat goyang,” kata Liliyana usai pertandingan dalam rilis PBSI, Ahad (27/8).

“Kami merasa bermain seperti biasa, cuma kelebihannya, kami punya rasa percaya diri yang lebih besar karena kami sudah memenangkan medali emas olimpiade. Kami memanfaatkan pengalaman kami, lawan lebih muda, tetapi kami bermain lebih tenang,” jelas Liliyana yang bersama Tontowi meraih medali emas ganda campuran di Olimpiade Rio de Janeiro 2016.

Tontowi/Liliyana juga mempersembahkan gelar ini untuk kado hari kemerdekaan RI ke 72 yang jatuh pada tanggal 17 Agustus lalu. “Tahun lalu, kami memberikan medali emas olimpiade sebagai kado terindah untuk Indonesia tepat di tanggal 17 Agustus. Tahun ini walaupun tidak pas di tanggal 17, tetapi bulannya masih bulan Agustus. Jadi gelar juara dunia ini kami persembahkan untuk kado kemerdekaan Indonesia,” ujar Liliyana.

“Kami bersyukur bisa juara dunia lagi, semua ini kami persembahkan untuk Indonesia. Bagi saya pribadi, motivasi terbesar saya adalah anak dan keluarga saya. Suatu hari nanti saya ingin anak saya bangga mengetahui kalau ayahnya pernah membela Indonesia,” kata Tontowi menambahkan.

Perjalanan Liliyana Natsir memang mengesankan. Bersama Nova Widianto, Liliyana Natsir begitu ditakuti oleh para pemain ganda campuran negara lain. Di usia 23 tahun, Liliyana bersama Nova meraih medali perak di Olimpiade 2008. Nova/Liliyana juga meraih dua gelar juara dunia pada 2005 dan 2007. Pasangan ini juga pernah menjadi peringkat 1 dunia.

Liliyana Natsir kemudian dipasangkan dengan Tontowi Ahmad pada 2011. Mereka langsung mencatatkan sejarah dengan menjadi juara All England tiga kali secara beruntun pada 2012-2014. Mereka juga meraih medali emas di Olimpiade 2016.

Penasaran mereka untuk menjadi juara di kandang sendiri dalam turnamen Indonesia Open Super Series Premier juga terjawab pada tahun ini dengan menjuarai turnamen tersebut yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC). Kini Liliyana juga sedang mengejar target untuk menjadi juara di Asian Games 2018 yang digelar di Jakarta dan Palembang. Liliyana ingin memperbaiki prestasi di Asian Games 2014 lalu yang hanya meraih medali perak.

Semangat Liliyana Natsir....

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement