Selasa 15 Aug 2017 19:39 WIB

Yenny Wahid: Ada Kesalahpahaman Soal FDS

Rep: Kabul Astuti/ Red: Bayu Hermawan
Yenny Wahid
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Yenny Wahid

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid dan pegiat pendidikan Najeela Shihab bertemu dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy di Gedung Kemendikbud Jakarta, Selasa (15/8). Pertemuan ini membahas isu yang tengah menjadi kontroversi, full day school (FDS).

Usai pertemuan yang berlangsung di Gedung A Kemendikbud selama hampir dua jam, Mendikbud Muhadjir Effendy enggan berkomentar dan memasuki ruangan.

Putri pertama Quraisy Shihab, Najeela Shihab, pun langsung turun menggunakan liftdan pergi dari lokasi. Melihat kedua rekannya pergi, Yenny Wahid sembari tertawa ramah langsung menanggapi pertanyaan wartawan.

"Sebenarnya mendiskusikan soal FDS. Ini kan banyak kesimpangsiuran informasi yang beredar di masyarakat tentang definisi dari FDS," kata Yenny kepada Republika di gedung Kemendikbud, Selasa (15/8).

Yenny mengatakan, istilah full day school sebenarnya tidak pernah ada, tapi telanjur disalahpahami oleh masyarakat. Saat ini, Yenny melihat sudah mulai muncul ketegangan-ketegangan di tengah masyarakat karena miskomunikasi ini.

Poin utama yang menjadi kegelisahan masyarakat adalah dampak FDS terhadap madrasah diniyah (madin) sebagai efek diterapkannya delapan jam pelajaran untuk siswa. Menurut Yenny, Mendikbud memberikan informasi bahwa tidak ada niat untuk memberlakukan delapan jam pelajaran untuk siswa.

Bahkan, Mendikbud juga mengakui kalau anak akan kelelahan bila belajar selama delapan jam. Yenny menerangkan, jam pelajaran siswa tetap sama seperti dulu, hanya ditambah 1 jam 20 menit. Hal ini pada praktiknya dinilai tidak akan mengganggu madrasah diniyah.

"Anak yang mau sekolah madrasah diniyah masih ada cukup waktu untuk melakukan itu. Itu pertama, kesalahpahaman. Jadi, tidak ada full day school. Tidak ada," ujar Yenny Wahid.

Yenny menerangkan, persoalan delapan jam pelajaran yang selama ini diributkan tidak akan diberlakukan untuk siswa. Tetapi, diberlakukan untuk guru. Tujuannya, Yenny mengatakan, untuk membantu agar guru bisa mendapatkan tunjangan profesi.

Dengan adanya perpres yang akan dibuat ini, guru-guru yang selama ini tidak bisa mendapatkan sertifikasi dan tunjangan profesi karena kurang memenuhi jam pembelajaran bisa mendapatkan tunjangan profesi. Kesejahteraan guru akan lebih terperhatikan.

Yenny melanjutkan, guru juga dapat memberikan waktu yang lebih banyak lagi untuk memperhatikan murid-muridnya. Dengan tuntutan delapan jam di sekolah, porsi perhatian guru untuk murid diharapkan akan lebih baik. Guru bisa lebih memahami kondisi murid, termasuk mendeteksi bila ada murid yang terkena paham radikalisme, narkoba, atau masalah lain.

Yenny menambahkan, Kemendikbud mempunyai komitmen agar sekolah-sekolah bersinergi dengan madrasah diniyah dalam hal penguatan karakter. Menurut Yenny, selama ini madin mempunyai kontribusi besar terhadap pendidikan karakter siswa, yang dilakukan secara informal.

"Sekarang sudah ada komitmen dari Kemendikbud untuk berkoordinasi, bersinergi dengan madin-madin yang ada. Dan ini saya rasa sesuai sekali dengan cita-cita UU Sisdiknas yang memberikan penekanan pada pendidikan karakter siswa," ujarnya.

Usai pertemuan ini, Yenny mengungkapkan ada banyak sekali kesalahpahaman yang selama ini beredar di masyarakat. Ia menyatakan akan menyampaikan hasil pertemuan ini kepada warga PBNU yang selama ini keras menolak FDS.

"Saya senang karena mendapatkan komitmen dari Kemendikbud bahwa justru beliau akan memastikan bahwa madin justru akan disinergikan dengan sekolah-sekolah yang ada," kata Yenny Wahid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement