Senin 14 Aug 2017 13:17 WIB

Konsumsi Minuman Energi Tingkatkan Risiko Penggunaan Kokain

Rep: Rossi Handayani/ Red: Indira Rezkisari
Sekaleng minuman berenergi kaya kafein dan bahan lain yang bisa memicu hormon stress.
Foto: flickr
Sekaleng minuman berenergi kaya kafein dan bahan lain yang bisa memicu hormon stress.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Minuman energi telah disalahkan sebagai penyebab penyakit serangan jantung. Selain itu, minuman ini juga dilarang dari kampus, namun saat ini ilmuwan tengah mempelajari potensi minuman energi, yang dapat meningkatkan kesempatan untuk kecanduan obat-obatan.

Dilansir dari laman Fox News, Dalam jurnal Obat dan Ketergantungan Alkohol, University of Maryland School of Public Health, peneliti mengatakan 'Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna minuman energi mungkin berada pada risiko tinggi untuk penggunaan zat lainnya, terutama stimulan'.

Peneliti menemukan peningkatan yang signifikan dalam penggunaan narkoba di kalangan usia 25 tahun. Mereka yang mengonsumsi secara teratur minuman energi dalam lima tahun, berkaitan pada konsumsi kokain, alkohol, dan resep stimulan yang sangat kuat.

Di antara temuan, 1.099 peserta yang direkrut untuk studi di perguruan tinggi, lebih dari setengah (51,4 persen) melaporkan tingkat yang berkelanjutan konsumsi minuman energi. Laporan Medical Express, secara signifikan lebih mungkin untuk menggunakan stimulan obat, pada usia 25. Bahkan 17,4 persen konsumen minuman berenergi yang tidak teratur, lebih cenderung menggunakan kokain, dan obat resep lebih dari 20,6 persen, yang tidak pernah menggunakan minuman energi.

Dari hal-hal seperti, konsumsi kafein, penggunaan narkoba, dan demografi, peneliti mengatakan mereka telah menyatakan minuman energi sebagai pelakunya. Dari temuan ini, kemudian peneliti meminta Food and Drug Administration (FDA), atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat untuk menyelidiki Coco Loko, yang berkafein kakao mentah tembakau.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement