Sabtu 12 Aug 2017 09:38 WIB

Tidur Lebih dari 9 Jam Bisa Tingkatkan Risiko Mimpi Buruk

Anak kerap mengalami mimpi buruk/ilustrasi
Foto: safebee
Anak kerap mengalami mimpi buruk/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Apakah Anda pernah mimpi tidak memakai busana saat ke kantor? atau mendapat nilai ujian jelek tanpa memiliki kesempatan untuk merevisinya? Jika Anda ingin menghindari berbagai mimpi buruk, sebaiknya tidurlah kurang dari sembilan jam selama malam hari.

Sebagian besar penelitian menyebut bahwa orang yang sering bermimpi buruk biasanya mengalami gangguan stres pascatrauma. Semakin banyaknya orang yang bermimpi buruk membuat Stephanie Rek dan rekan-rekannya dari Universitas Oxford melakukan satu penelitian terbesar tentang mimpi buruk pada masyarakat umum.

Tim peneliti melibatkan 846 orang relawan yang direkrut melalui iklan media dan orang-orang yang tertarik pada studi tidur. Mereka diminta menyelesaikan survei secara daring. Para peserta ditanyai mimpi buruk apa yang pernah mereka alami selama dua pekan terakhir. Jawaban mereka memberikan kontribusi terhadap keseluruhan skor pada skala keparahan mimpi buruk.

Setiap relawan juga dinilai tingkat gangguan stres pascatrauma-nya. Tim pun menanyakan tentang aspek lain dari kehidupan mereka, seperti perceraian, masalah hukum, tingkat kecemasan, berapa banyak waktu tidur, dan berapa banyak minuman yang mereka minum.

Mungkin tidak mengejutkan, tim menemukan sebagian mereka mengkhawatirkan masa depan atau takut melakukan kesalahan. Dua kondisi tersebut dinilai sangat terkait dengan frekuensi dan tingkat keparahan mimpi buruk. Tim mengatakan kekhawatir sebelum tidur dapat menimbulkan mimpi buruk atau meningkatkan kemungkinan mimpi buruk. Hal ini sejalan dengan gagasan yang menyebut bahwa mimpi mencerminkan pengalaman hidup yang terjaga, menangkap kekhawatiran siang hari dari pemimpi.

Uniknya, tim juga menemukan kaitan antara mimpi buruk dan tidur lebih dari sembilan jam semalam. Rek mengatakan, jumlah tidur lebih dari sembilan jam saat malam hari dapat meningkatkan tidur REM (rapid eye movement) yaitu tidur dengan gerak mata cepat. Ini adalah kondisi normal dari tidur yang ditandai dengan gerakan cepat dan acak dari mata. Di saat inilah, biasanya mimpi buruk terjadi.

Merurut dia, apapun hubungan mendasar antara kekhawatiran, mimpi buruk, dan terlalu banyak tidur mungkin saja terjadi intervensi. "Misalnya, kekhawatiran dapat diobati secara efektif dengan menggunakan pendekatan perilaku kognitif. Menarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat apakah ini bisa meredakan mimpi buruk," ujarnya seperti dilansir dari New Scientist, baru-baru ini.

Alkohol dan olahraga tampaknya dinilainya tidak memiliki hubungan dengan terjadinya mimpi buruk. "Ini mengejutkan," kata Rek. Pasalnya dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa alkohol meningkatkan jumlah tidur REM di paruh kedua malam sehingga meningkatkan kemungkinan mimpi buruk. "Ini lebih banyak perhatian," kata Rek. Tim juga tidak melihat adanya pengaruh makanan terhadap terjadinya mimpi buruk seseorang.

 

Sumber: https://www.newscientist.com/article/2142086-keep-having-nightmares-you-may-be-getting-too-much-sleep/

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement