Rabu 09 Aug 2017 17:56 WIB

Mahasiswa Kembangkan Pendeteksi Nominal Uang Bagi Tunanetra

Rep: Binti Sholikah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Uang (ilustrasi)
Foto: Google
Uang (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Mahasiswa Departemen Teknik Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menciptakan alat pendeteksi nominal uang kertas rupiah bagi penyandang tunanetra. Alat tersebut diberi nama SEMED (Smart Money Detector).

Inovasi tersebut diikutkan dalam program kreativitas mahasiswa (PKM) dan berhasil mendapatkan dana hibah dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemenristek Dikti, tahun ini. PKM tersebut diberi judul SEMED (Smart Money Detector) Alat Deteksi Nominal Uang Kertas Rupiah Portabel dengan Metode Template Matching Berbasis Raspberry Pi untuk Penyandang Tunanetra.

Alat tersebut diciptakan oleh lima mahasiswa yakni Nuril Hidayati, Kurnia Diastana Abdirandra, Muhammad Ghofur Rahmatullah, Abdul Lathif dan Josafat Mangasituamalau.

Ketua tim, Nuril Hidayati, mengatakan alat buatan timnya tersebut berukuran sedikit lebih besar ponsel pintar dan lebih kecil dari ponsel tablet. Sehingga cukup nyaman untuk dibawa kemana-mana.  "Di Indonesia kan belum ada alat hardware seperti ini khusus untik tunanetra. Kan menjadi hak penyandang tunanetra untuk menggunakan uang seperti orang pada umumnya. Di Amerika Serikat bahkan pemerintahnya ngasih gratis kepada rakyat penyandang tunanetra," ucap Nuril saat ditemui di gedung Rektorat ITS, Surabaya, Rabu (9/8).

Mahasiswa berkerudung tersebut menjelaskan, SEMEDI memiliki komponen utama raspberry pi sejenis mikro komputer yang memproses semua program yang telah direkam. Kemudian kamera PI untuk merekam uang asli kemudian diproses untuk mengetahui nominalnya. Selain itu, juga terdapat komponen elektronika lainnya serta pengeras suara berukuran mini sebagai pembawa hasil akhir nominal uang kertas yang ingin diketahui.

"Jadi nanti uangnga ditempelkan di bagian atas alat SEMEDI ini kemudian gambarnya ditangkap kamera kemudian dicocokkan dengan database. Kemudian diprogram dan kalau cocok akan terdeteksi selanjutnya keluar suara dari speaker," jelas mahasiswa angkatan 2016 tersebut.

Nuril bersama timnya membutuhkan waktu sekitar lima bulan untuk proses penelitian dan perakitan alat. Dana yang dibutuhkan sekitar Rp 1 juta untuk pembuatan alat tersebut. Nuril dan tim sebelumnya telah membaca berbagai literatur dan jurnal untuk memutuskan metode yang digunakan untuk SEMEDI, yakni haar training.

Untuk membuat database, Nuril dan tim membutuhkan 1.100 foto dari tiap lembar sisi uang. Ada tujuh lembar nominal uang yang direkam. Artinya, dibutuhkan 15.400 foto untuk merekam semua sisi mata uang. Foto-foto tersebut dimasukkan ke dalam program untuk bisa dikenali. Template yang digunakan berupa gambar tokoh pahlawan dan gambar pemandangan alam pada sisi satunya. Sehingga bisa membedakan satu nominal dengan yang lainnya.

"Tapi alat ini masih perlu penyempurnaan, seperti masih butuh pengaturan jarak agar uangnya bisa menempel di alat. Kemudian meningkatkan akurasi dan kalau bisa kami akan membuat agar alatnya lebih kecil lagi," imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement