Rabu 09 Aug 2017 01:13 WIB

MUI Banyumas Ingatkan Dampak Lima Hari Sekolah

Siswa madrasah tengah belajar di perpustakaan (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supri
Siswa madrasah tengah belajar di perpustakaan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mengingatkan program lima hari sekolah memiliki dampak positif dan negatif yang perlu dikaji secara menyeluruh.

"Pemberlakuan lima hari sekolah atau yang dikenal dengan full day school memiliki plus dan minus," kata Sekretaris MUI Banyumas, Ridwan, di Purwokerto, Selasa (8/8).

Dia menyebutkan, dampak positif antara lain, pertama, waktu belajar anak lebih maksimal. Kedua, penguatan bakat minat siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler dan pembinaan karakter bisa terstruktur.

"Yang ketiga, dapat mengurangi porsi waktu bermain anak yang mungkin menjurus ke negatif," katanya.

Namun demikian, dia juga mengingatkan bahwa program lima hari sekolah bisa memiliki dampak negatif. "Dampak negatif yang pertama adalah, bahwa secara psikologis anak lelah dan terforsir sehingga daya serap siswa sudah menurun," katanya.

Kedua, waktu bermain dan bersosialisasi anak dengan lingkungan akan berkurang. "Ketiga, penggunaan waktu libur sekolah hari sabtunya bisa tidak efektif bahkan mungkin akan dipergunakan seharian untuk main gadget," katanya.

Keempat, kata dia, Madrasah Diniyah sebagai lembaga penguatan pendidikan agama bisa terancam bubar. "Madrasah Diniyah bisa terancam bubar sebab siswanya pulang sore," katanya.

Karena itu, kata dia, program tersebut perlu dikaji ulang kembali secara menyeluruh. Pemerintah, kata dia, perlu menyiapkan format penambahan jam belajar dari sisi konten maupun formulasinya.

"Perlu disiapkan formatnya dengan baik, karena jika memang lebih banyak dampak negatifnya lebih baik kembali saja pada enam hari sekolah," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement