Selasa 08 Aug 2017 01:50 WIB

Satlak Prima: Atlet Kita akan Fight di SEA Games

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Ratna Puspita
Presiden Joko Widodo mengembalikan bola saat bermain tenis meja melawan mantan pebulu tangkis nasional Susy Susanti dan atlet senior tenis meja Jopie Warsono usai melepas kontingen Indonesia ke SEA Games XXIX Malaysia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (7/8).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo mengembalikan bola saat bermain tenis meja melawan mantan pebulu tangkis nasional Susy Susanti dan atlet senior tenis meja Jopie Warsono usai melepas kontingen Indonesia ke SEA Games XXIX Malaysia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (7/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) Laksmana TNI (Purnawirawan) Achmad Sutjipto mengatakan, badan yang dia pimpin menjamin para atlet nasional akan habis-habisan agar bisa membawa pulang medali emas sebanyak mungkin di SEA Games ke-29 tahun ini. "Atlet kita akan fight (bertanding) habis-habisan. Dukungan penuh dari masyarakat, tentu sangat dibutuhkan," kata dia, kepada Republika, di Jakarta, Senin (7/8). 

Sutjipto menyampaikan, membawa pulang medali emas di ajang internasional bukan perkara gampang. Dia mengatakan, harus ada tolok ukur bagi para atlet dari masing-masing cabor untuk bisa memunculkan harapan meraih medali emas. Tolak ukur tersebut, ia mengatakan, sudah menjadi pekerjaan bagi Satlak Prima.

SEA Games di Kuala Lumpur tahun ini, akan dimulai pada Sabtu (19/8) mendatang. Presiden Jokowi, sudah melepas keberangkatan para Kontingen Indonesia, menuju gelaran tersebut, pada Senin (7/8). 

Di SEA Games tahun ini, Kontingen Indonesia memberangkatkan sebanyak 533 atlet dari 37 cabor. Ada sebanyak 38 cabor yang akan dipertandingkan dalam gelaran itu.

Saat melepas para atlet di Istana Merdeka, Presiden Jokowi menyampaikan, keinginannya agar Skuat Indonesia, meraih gelar juara umum. "Ya, kita sebagai negara besar mestinya targetnya seperti itu (juara umum), kan tadi sudah saya sampaikan, sudah berapa kali kita juara umum? Kalau jadi 11 kan jauh lebih baik," kata presiden.

Namun, Sutjipto menilai, ungkapan Presiden Jokowi tersebut bukan target dan tak harus dipaksakan. Menurut mantan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) tersebut, keinginan presiden itu cuma sebagai pengingat dan motivasi. 

"Tadi itu, bapak Presiden Jokowi mengingatkan kita semua, bahwa Indonesia, pernah 10 kali sebagai juara umum. Itu terbanyak dalam sejarah SEA Games. Tentu itu (sejarah) menjadi pemicu bagi kita semua dan para atlet," ujar dia.

Sutjipto pun menarik catatan prestasi Indonesia dari SEA Games Filipina 2005. Ketika itu, Kontingen Garuda berada di peringkat ke-5 dengan perolehan 49 medali emas dari 217 total medali yang dibawa pulang. 

Prestasi tersebut naik satu peringkat pada SEA Games 2007 di Thailand. Ketika itu, Indonesia sebagai negara ke-4, dengan 56 medali emas. Indonesia kembali naik ke peringkat ke-3 saat SEA Games 2009 di Vietnam. 

Ketika itu, Kontingen Indonesia, membawa pulang 43 medali emas. Pada SEA Games 2011 di Jakarta-Palembang, tuan rumah berhasil meraih gelar juara umum, dengan 182 medali emas dari 476 total medali yang diraih.

Namun, gelar juara umum tersebut, tak bisa dipertahankan saat SEA Games 2013 di Myanmar. Ketika itu, Indonesia turun peringkat di posisi ke-4, dengan meraih 64 medali emas. 

Pada SEA Games 2015, terakhir di Singapura, Indonesia kembali menurun ke posisi ke-5, dengan perolehan 47 medali emas. Menurut Sutjipto, catatan Indonesia di enam gelaran SEA Games tersebut, fakta fluktuasi prestasi atlet-atlet nasional di gelanggang kawasan Asia Tenggara. 

Catatan tersebut, dia mengatakan, tak bisa dijawab menggebu, dengan target yang sulit dicapai. Apalagi, dia mengatakan, jumlah cabor yang diikuti Kontingen Indonesia tahun ini tak semuanya punya potensi medali emas. 

Target juara umum, menurut dia, semakin berat dengan absennya 10 disiplin olahraga potensi medali emas Indonesia, di SEA Games kali ini, lantaran tak ikut dipertandingkan. "Dari 10 disiplin yang dipotong itu, kita sudah kehilangan potensi 28 medali emas," ujar Achmad. 

Pensiunan jenderal bintang empat dari Angkatan Laut (AL) itu menegaskan, bisa meningkatkan posisi Indonesia pada SEA Games tahun ini dari SEA Games dua tahun lalu saja sudah bisa membuat bangga. "Sungguh membanggakan apabila ambisi kita untuk bisa naik peringkat saja, itu berhasil. Bisa (peringkat) ke-4 atau ke-3," kata dia menambahkan. 

Anggota Komisi X Bidang Pemuda dan Olahraga DPR RI Yayuk Basuki, pun menilai target juara umum yang diharapkan Jokowi merupakan ambisi yang tak masuk diakal. Bahkan, mantan atlet tenis nasional itu mengatakan, target tersebut gambaran dari tak pahamnya pemerintah soal olahraga. 

"Waduh. Juara umum? Yang realistis sajalah. Jangan terlalu muluk-muluk," kata dia saat dihubungi Republika, dari Jakarta, Senin (7/8). 

Yayuk memahami keinginan target presiden tersebut sebagai motivasi bagi para atlet nasional yang akan berlaga di SEA Games. Tetapi, kata dia, harapan tersebut, bisa menjadi beban berat bagi para atlet. "Karena, saya melihat peluang itu (juara umum) memang tidak ada sama sekali," kata dia. 

Yayuk justru setuju dengan kalkulasi dari Kemenpora dan Satlak Prima, yang dalam rapat kerja bersama DPR selama ini, menyampaikan target Kontingen Indonesia di SEA Games berada di peringkat ke-3. "Memang, kita ini maunya itu juara (umum). Harus nomor satu. Tapi, sebaiknya pemerintah juga berkaca diri. Menurut saya, peringkat ke-3 itu saja sudah sangat bagus sekali," kata dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement