Kamis 03 Aug 2017 14:45 WIB

Pelajar Diminta Jadi Agen Revolusi Mental

[Ilustrasi] Siswa mempelajari bahaya narkotika.
Foto: Dok Rumah Zakat
[Ilustrasi] Siswa mempelajari bahaya narkotika.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pemerintah minta pelajar menjadi agen revolusi mental, yang untuk selanjutnya dapat menularkan gerakan tersebut ke lingkungan sekitar. 

"Setelah memahami apa itu konsep revolusi mental, harapan kami para pelajar bisa menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari," kata Kepala Bidang Nilai Budaya dan Karakter Bangsa Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Ayu Dewita, pada acara sosialisasi gerakan nasional revolusi mental di Solo, Kamis (3/8).

Ia mengatakan pada dasarnya gerakan nasional revolusi mental yang dicanangkan oleh Presiden RI Joko Widodo bertujuan membawa Bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. "Oleh Presiden disampaikan bahwa pelaku dan sasaran revolusi mental adalah seluruh masyarakat Indonesia, di antaranya dunia pendidikan, usaha, dan kelompok masyarakat," kata dia. 

Pada kesempatan yang sama, Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo berharap agar para pelajar mau mengembalikan ciri Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. "Revolusi mental bagi siswa menjadi satu fokus utama karena berkaitan dengan tujuan Pemkot Solo dalam menciptakan generasi yang wasis. Melalui semangat revolusi mental pelajar diharapkan dapat mengembangkan diri baik dari sisi aspek kecerdasan maupun emosional," kata dia. 

Ia berharap agar pelajar jangan hanya pandai dari aspek pendidikan tetapi tidak memiliki kepandaian dalam pengendalian emosi. "Emosional tinggi hanya memberikan citra buruk. Jadilah generasi bangsa yang berdaulat, berdikari, dan berkepribadian," ujar dia. 

Menurut dia, ada lima gerakan utama yang harus diimplementasikan pada gerakan nasional revolusi mental tersebut, yaitu gerakan Indonesia melayani, gerakan Indonesia bersih, gerakan Indonesia tertib, gerakan Indonesia mandiri, dan gerakan Indonesia bersatu. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan juga berharap agar para pelajar selalu menerapkan tradisi senyum, salam, sapa di manapun berada.

"Kalau untuk sopan santun yang sejak dulu ada, sudah saatnya sekarang dihidupkan kembali. Meski sekarang dengan cara yang lebih modern, paling tidak dikembalikan lagi seperti dulu," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement