Senin 24 Sep 2012 23:25 WIB

Pembagian Converter Kit Beres Akhir Tahun 2012

Konverter Kit
Konverter Kit

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral berharap pembagian alat pengubah bahan bakar (converter kit) mesin kendaraan dari bahan bakar minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) selesai akhir 2012.

"Namun untuk 1.000 converter kit sudah jadi, dan yang masih dalam tender adalah yang 14 ribu unit," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Evita H. Legowo seusai Seminar internasional Otomotif Indonesia di Arena Pekan Raya Jakarta, Senin (24/9).

Menurut Evita, pembuatan converter kit diserahkan kepada masing-masing Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) kendaraan untuk menambahkan alat tersebut kepada mesin mobil produksinya.

Sebanyak 14 ribu converter kit tersebut rencananya akan dibagikan kepada angkutan umum di Jakarta.

"Kalau converter kit yang 1.000 itu untuk kendaraan dinas pemerintah dan sudah efektif dipasang, dan yang 14 ribu mungkin baru selesai akhir 2012," jelas Evita.

Sejalan dengan penggunaan converter kit, pemerintah juga akan membangun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia.

5 SPBG induk

Sementara itu, Direktur Gas PT Pertamina Hari Karyuliarto saat ditemui dalam acara yang sama mengatakan pihaknya sedang membangun 5 SPBG induk, 9 SPBG cabang, serta 14 SPBG yang terintegrasi dengan pipa gas dalam kurun waktu pembangunan pada 2012 hingga 2013.

"Pemerintah akan memberikan dana sebesar Rp2,1 triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk pembangunan infrastruktur," jelas Hari.

Sejumlah SPBG yang sedang disiapkan berada di beberapa daerah diantaranya di Bumi Serpong Damai, Cilandak, Lebak Bulus, Muara Karang, Senen, Pulogebang, Cibubur, Pulogadung, Margonda, Kalideres, Cililitan, Tangerang dan Bekasi.

Di luar wilayah Jabodetabek, pemerintah juga membangun SPBG seperti di Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo serta empat stasiun di Palembang.

Menurut Hari, kendala yang menghambat penggunaan gas antara lain adalah kualitas gas yang masih belum stabil atau mumpuni, kurangnya pengetahuan mengenai peraturan dan aspek keamanan penggunaan dan pengoperasian BBG.

Selain itu harga jual BBG yang sebesar Rp3.100 per liter dinilai kurang berdaya saing dengan harga BBM premium yang Rp4.500 per liter.

Kemudian, hal lain yang membuat pengguna kendaraan tidak menggunakan gas sebagai bahan bakarnya adalah biaya operasi tangki BBG yang tinggi dan belum adanya dukungan penuh industri kendaraan atas penggunaan BBG.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement