Sabtu 25 Sep 2021 04:56 WIB

China Dominasi Bahan Baku untuk Mobil Listrik

Produsen otomotif mencari alternatif agar tidak terlalu bergantung bahan baku China.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Mobil Listrik
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Mobil Listrik

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dalam produksi mobil listrik, terdapat sejumlah bahan baku yang berbeda dengan bahan yang digunakan dalam mobil bermesin konvensional. Bahan baku itu biasanya digunakan dalam produksi motor listrik dan baterai dalam electric vehicle (EV).

Sejumlah bahan baku itu sendiri merupakan bahan dari logam tanah jarang atau rare earth element. Dikutip dari Bloomberg pada Jumat (24/9), saat ini China cukup mendominasi penguasaan bahan baku dari logam tanah jarang.

Baca Juga

Hal ini pun mendapat perhatian dari para produsen otomotif. Oleh karena itu, saat ini para pabrikan tengah mencari cara agar mampu memenuhi kebutuhan logam tanah jarang tanpa harus terlalu bergantung dengan China.

Sejumlah produsen Eropa pun melakukan diskusi dengan sebuah perusahaan tambang dengan nama Arafura Resources Ltd. Diskusi itu pun membahas soal peluang dalam memperoleh bahan baku untuk penjunjang EV.

Chief Financial Officer Arafura Resources Ltd, Peter Sherrington mengatakan, sejumlah produsen Eropa telah mengajukan permohonan untuk pasokan bahan baku. "Pembahasan telah menyinggung soal volume dan harga sehingga diharapkan kesepakatan akan tercapai pada akhir tahun ini," kata Peter.

Arafura Resources Ltd. sendiri saat ini sedang mengembangkan sebuah proyek di Northern Territory Australia. Lewat proyek itu, Arafura Resources Ltd. mampu memenuhi 10 persen kebutuhan tanah jarang untuk pasar global.

Dalam sebuah mobil listrik, rata-rata dibutuhkan 3 kilogram tanah jarang sebagai komponen dalam magnet motor listrik. Karena jumlah yang dibutuhkan cukup besar tapi material itu cukup sulit di dapat, maka beberapa pabrikan sempat mencari cara agar tak bergantung pada material tanah jarang.

Tapi, alternatif itu rupanya membuat motor listrik jadi kurang efisien dan optimal sehingga tanah jarang dinilai jadi material yang paling pas dalam sebuah motor listrik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement